Salah satu contohnya adalah film A Hidden Life (2019) karya sutradara Terrence Malick. Namun, jika dipikir-pikir lagi, film-film Terrence Malick yang lain juga sebenarnya cocok masuk dalam kategori ini.
Cerita film ini mengisahkan tentang seorang petani yang menolak direkrut oleh Nazi untuk berperang. Franz Jägerstätter (diperankan oleh August Diehl) merasakan pertarungan batin yang hebat ketika ia menolak terlibat dalam kekejaman dan ideologi Nazi di Eropa. Namun, ia tidak memiliki banyak pilihan karena negaranya sudah dikuasai oleh Nazi. Akibatnya, ia terpaksa meninggalkan keluarganya di desa, dipenjara, diadili secara militer, dan siap menghadapi hukuman mati.
Gaya cerita, visual, dan alur dalam film ini memiliki nuansa yang sangat reflektif. Penonton seolah diajak untuk merenungkan monolog internal karakter-karakternya guna menangkap perasaan gelisah, kebingungan, bahkan ketakutan yang terdengar. Sinematografi yang indah karya Malick membuat film ini seperti perjalanan khayalan yang perlahan-lahan membuka kepekaan penonton untuk merasakan emosi-emosi manusiawi yang terabadikan.
Oleh karena itu, film ini sangat cocok ditonton sendirian agar Anda dapat “mengkonsentrasikan” perasaan Anda—bahkan secara spiritual—terhadap eksistensi Anda dalam skema kehidupan. Ya, film ini penuh dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang kebebasan berkehendak dan kebebasan memilih yang dihadapi oleh manusia dalam situasi eksternal yang terasa buntu dan merusak.
Pertanyaan-pertanyaan muncul: Apakah manusia masih dapat memilih jalan hidup yang berbeda di bawah kendali otoritas yang bahkan memiliki kekuasaan atas ajalnya? Apakah keyakinan atau ideologi seseorang memberinya hak untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah? Apakah kematian adalah jalan terbaik menuju kebebasan ataukah melambangkan kekalahan? Dan seterusnya.
Selain itu, pemandangan alam desa St. Radegund di Austria yang indah dan subur juga sangat memanjakan mata dan cocok dinikmati sendirian. Tempatnya berada di lereng pegunungan dengan padang rumput yang hijau, suara burung berkicau, suara bel sapi ternak, dan bangunan-bangunan kayu yang menawan menjadi daya tarik wisata pedesaan.
Pokoknya, film ini memang harus ditonton sendirian dan jika memungkinkan dalam keheningan agar dapat merasakan “kekosongan” secara menyeluruh. Oh ya, film ini berdasarkan kisah nyata dan sebagian besar direkam di lokasi kejadian yang sebenarnya.