Karena ibu saya terus-menerus menjodohkan saya dengan seorang pria, saya pernah jujur mengungkapkan identitas seksual saya karena dia pikir itu hanya satu fase yang akan berlalu dan kemudian berhenti.
Jika dia terus memaksakan, saya mungkin semakin melenceng. Sejujurnya, saya lebih suka berolahraga, membaca buku psikologi, dan menulis novel daripada menikah. Saya mulai menyadari identitas seksual saya saat saya berada di kelas dua SMP. Karena saya cukup dewasa untuk memahami bahwa hubungan sesama jenis rumit dan dilarang, saya mulai berfokus pada hal lain untuk menjadi terbiasa dari awal. Seperti orang muslim yang terbiasa tidak makan babi karena tahu bahwa makan babi dilarang sejak awal.
Waduh, baru sadar saya salah baca. Saya kan homo haha.