Nah,saya sering menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari hari,tapi sayangnya bahasa itu masih sering tercampur dengan bahasa Jawa.
Tapi saat di sekolah,menghadap guru untuk urusan sekolah anak saya,saat itulah saya selalu berhati hati dan berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang formal.Bahkan saat saya menanyakan pendapat kepada guru,saya bertanya”Bagaimana pendapat anda?”…Tapi sayangnya bagi guru yang saya ajak bicara,bahasa yang saya pakai dianggap kasar dan tidak sopan.Menurutnya(guru tadi)saya seharusnya menggunakan bahasa Jawa krama yang halus dan sopan kepadanya.Saat dia tahu saya tidak pandai bahasa krama,malah saya disindir.Dia bilang”padahal orang Jawa yang,kok gak bisa bahasa Jawa??”…
Itulah situasi di sekolah putri saya,saat saya berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar malah dituntut untuk menggunakan bahasa Jawa Krama.Padahak lembaga pendidikan seperti sekolah negri seperti itu seharusnya malah mengajarkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Serta menerapkannya kepada murid maupun wali muridnya.Dan lagi,seandainya bahasa Jawa yang dianggap sopan,lalu bagaimana dengan orang yang dari suku lain yang tidak bisa berbahasa Jawa?lagipula,bahasa Indonesia kan sebagai salah satu identitas bangsa.Sudah selayaknya diapakai disekolah.
Saya tidak tahu dengan guru lainnya,tapi hanya berbicara dengan seorang guru seperti itu saja sudah membuat saya kapok.
Intinya,lingkungan saya tidak mendukung untuk penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Jadi,saya sangat jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Satu satunya kesempatan saya untuk selalu belajar dan menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah di internet.Salah satunya di Quora ini.Saya bahkan sudah lupa bahasa yang baku seperti apa.Ini benar benar tidak baik.Saya khawatir dimasa depan,bahkan anak saya tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Terimakasih pertanyaannya.
Saat ini cukup sulit menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam percakapan sehari-hari, penggunaan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku acap menimbulkan rasa aneh. Ya, kita pasti akan merasa canggung ketika mengerjakan sesuatu yang menyimpang dari “tradisi” yang banyak dianut masyarakat.
Menghadapi kondisi yang demikian, saya berusaha bertutur dan menulis menggunakan bahasa Indonesia secara luwes. Tidak harus selalu seturut kaidah bahasa Indonesia baku. Menurut saya, tidak masalah menggunakan kosakata tidak baku yang umum terjadi di masyarakat, sepanjang dalam frekuensi yang wajar.
Namun, saya kerap merasa geregetan ketika mendapati orang mengobral istilah-istilah asing ketika berbicara atau menulis dalam bahasa Indonesia. Kata ‘mengobral’ yang saya gunakan tentu saja untuk menggambarkan sebuah kondisi yang berlebihan.
Saya sempat merasa khawatir akan adanya kemungkinan punahnya beberapa kosakata karena semakin jarang orang menggunakannya. Katakan misalnya kata ‘pernyataan’ yang hampir selalu digantikan oleh kata ‘statement’, atau kata ‘anggota’ yang kalah menarik dibandingkan kata ‘member’.
Rasa geregetan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong saya membuat blog ‘ulas bahasa’ yang mengambil tema penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Saya sama sekali tidak merasa mahir berbahasa Indonesia secara baik dan benar hingga memberanikan diri membuat blog semacam ini. Saya justru memanfaatkannya sebagai sarana belajar agar semakin mengerti tentang bahasa persatuan kita ini.