Setelah saya didiagnosis mengalami Persistent Bereavement Disorder, apakah semuanya akan baik-baik saja?
Zulkarnaen ThaibExplainer
Setelah saya didiagnosis mengalami Persistent Bereavement Disorder, apakah semuanya akan baik-baik saja?
Share
Mengapa anda berduka ? Jangan memberi suatu keterangan, karena itu hanya akan menjadi suatu susunan kata-kata dari perasaan anda, yang bukan merupakan fakta nyata. Maka, apabila kita mengajukan suatu pertanyan, harap jangan menjawabnya. Dengarkan saja dan selidikilah sendiri. Mengapa terdapat ini kedukaan dari kematian — dalam setiap rumah, kaya dan miskin, dari yang paling berkuasa di suatu negara sampai kepada pengemis? Mengapa anda berduka? Apakah kedukaan itu suami anda, orang tua Anda, orang yang anda kasihi— ataukah untuk diri anda sendiri? Jika anda menangis untuk dia, dapatkah air mata anda menolongnya ? Dia telah pergi dan hal ini tidak dapat dirubah lagi. Adapun yang anda lakukan, anda tidak mungkin mendapatkan dia kembali. Tidak ada air mata, tidak ada kepercayaan, tidak ada upacara-upacara atau Tuhan yang dapat menghidupkan dia kembali. Itu adalah suatu fakta yang anda harus terima; anda tidak dapat berbuat apapun terhadap fakta itu. Akan tetapi jika anda menangis untuk diri anda sendiri, karena kesepian anda, kekosongan hidup anda, karena rasa kenikmatan anda yang anda pernah peroleh dan karena kehilangan teman hidup, maka berarti anda menangis dari kekosongan anda sendiri dan dari iba diri, bukan? Barangkali untuk pertama kali anda sadar akan kemiskinan batin anda sendiri. Anda telah mengandalkan orang lain, bukan, jika kita boleh menunjukkan dengan halus dan hal itu telah memberi anda hiburan kepuasan dan kenikmatan? Semua yang anda rasakan sekarang —rasa kehilangan, pedihnya rasa kesepian dan kegelisahan — adalah suatu bentuk dari iba diri, bukan? Pandanglah itu. Janganlah berkeras hati menolak segala itu.
Sekarang setelah dia meninggal anda insyaf akan keadaan diri anda yang sesungguhnya, bukan? Kematiannya telah menggoncangkan anda dan menunjukkan kepada anda keadaan sesungguhnya dari pikiran dan hati anda. Anda boleh jadi tidak suka untuk memandang keadaan itu; anda boleh jadi akan menolak kenyataan itu karena takut, akan tetapi jika anda mengamati agak Iebih banyak anda akan melihat bahwa anda menangis karena kesepian anda sendiri, karena kemiskinan batin anda sendiri — yang berarti, karena iba diri.
Mungkin ini terdengar agak kejam dan sangat tidak menghibur, namun itu adalah satu di antara khayalan-khayalan yang dimiliki kebanyakan orang — bahwa terdapat suatu hal seperti hiburan batiniah; bahwa seseorang lain dapat memberikan itu kepada anda atau bahwa anda dapat menemukannya untuk anda sendiri. Saya khawatir tidak ada hal seperti itu. Jika anda mencari-cari hiburan, anda terikat pada hidup dalam khayal dan apabila khayal itu hancur anda menjadi sedih karena hiburan itu dijauhkan dari anda. Maka untuk mengerti kedukaan atau untuk mengatasinya, kita harus melihat apakah yang sesungguhnya sedang terjadi di sebelah dalam dan bukan menutupinya. Menunjukkan semua ini bukanlah kekejaman, tidakkah begitu? Itu bukanlah suatu keburukan yang harus dijauhi. Apabila anda melihat semua ini, dengan sangat terang maka anda akan keluar dari kedukaan itu seketika, tanpa goresan, tak ternoda, segar, tidak tersentuh oleh peristiwa-peristiwa kehidupan. Kita semua tidak dapat mengelakkan kematian; kita tak dapat melarikan diri dari kematian. Kita mencoba untuk menemukan setiap macam keterangan, melekat kepada setiap macam kepercayaan dengan harapan untuk dapat mengatasinya, akan tetapi apapun yang akan anda lakukan kematian tetap ada di situ; besok atau sudah dekat atau masih bertahun-tahun lagi — kematian akan selalu ada. Kita harus dapat menyentuh fakta kehidupan yang amat besar ini.