Untuk berpikir kritis syaratnya anda harus setuju dulu dengan saya😁
Contoh misalkan “Kayanya kita perlu kasih panduan pembelajaran yang baik deh buat anak murid kita”.
Orang yang penalarannya beraliran strawman pasti menimpali seperti ini: “Hahahaha, kenapa ngga kita kasih aja mereka nilai A satu satu??”
Makin ke sini makin sering kita baca di kolom komentar debat kasur eh kusir seperti berikut ini:
bro jaman cloud gini masih aja lu beli hard disk eksternal?
Well, di jaman digital seperti sekarang ini juga kita masih pake kertas kan?
YA TERUS KENAPA??
Atau yang bikin ngakak,
Cukup banyak saya temui jawaban-jawaban panjaang lebar di Quora yang diawali dengan kalimat atau premis yang menunjukkan kalau si penjawab ini males baca pertanyaannya.
Itulah sebabnya saya makin semangat membuat pertanyaan yang panjang. Kadang jadi hiburan buat diri sendiri juga. Meski pun terkadang ketika membaca jawabannya ekspresi saya spt ini:
😭
Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan panjang adalah untuk mempersempit ruang gerak (ruang lingkup, anjir skripsi kali) jawabannya nanti agar tidak kemana-mana.
Fokus saja di situ.
Masalah mulai muncul ketika si penjawab mendapat pertanyaan yang panjang tapi dia malas untuk mencerna isi pertanyaannya. Di sinilah bencana itu datang.
Ketika si penjawab yang malas membaca ini memaksakan diri menjawab pertanyaan tersebut, bisa ditebak dia akan memulai dengan premis yang membingungkan.
Misalkan dia ingin menyanggah, tapi ketika menulis kalimat pertamanya, justru yang keluar malah kalimat yang semestinya lebih cocok dipakai untuk mendukung gagasan di pertanyaan tersebut. Atau sebaliknya, inginnya mendukung tapi kesannya malah menghabisi.
Kalau lagi gatel, saya suka komenin juga hahaha, maksudnya biar ngeh gitu. Ngga ada maksud sama sekali untuk merendahkan atau menyinyir sih. Kenapa tanyamu?
Sebab dengan penulisan jawaban bergaya deduktif, kalau kalimat pertamanya aja sudah ngaco ya yang kebawah-bawahnya juga pasti ngaco.
Kasihan yang membaca jawabannya juga kan?
Mereka jadi kaya membaca sebuah penjabaran yang isinya ngaco karena memaksakan menjabarkan premis yang dari awal sudah ngaco.
Ah ngga selalu sih, tergantung orangnya masing-masing
Aduh, argumen ini lagi. Inilah juga salah satu sebabnya saya senang menulis pertanyaan panjang yang “membatasi ruang gerak jawaban” agar tidak melenceng muterin ring-road, ngabis-ngabisin bensin ya kan?😁
Kadang ketika saya komenin si penjawab merasa “diserang”, padahal mah komennya juga santai kok. Ngga kaya mau ngajak perang juga wkwkw
Saya biasanya perhatikan respon si penjawab ketika saya komenin premis dari jawaban dia.
Jika maksud dari premisnya ternyata ngga ada hubungannya dengan pertanyaan ya udah deh. Selesai. Mission accomplished. Itu artinya dia ngga baca pertanyaannya. Karena pertanyaan itulah yang menjadi “ruang lingkup” dari jawaban dia (anjir knp harus pake bahasa skripsi terus 😑).
Ngga seru ya?
Yang seru itu kalau dia masih bisa memberikan argumen yang tetap nyambung dengan pertanyaannya. Ini jarang bgt di Quora tapi ada! I can assure you orangnya ada. Silahkan sering-sering main di Quora nanti juga ketemu sendiri.
Dan sampai hari itu tiba, sabar-sabarin aja ya kalau ketemu jawaban yang bikin pusing.
(Pusing, lemah, lesu disertai salah urat? Minum oh kasbon)