Menghentikan si pelaku verbal dan mental abuse memang sulit. Ada beberapa alasan mengapa hal ini sulit dilakukan:
1. Pemikiran dan moralitas si pelaku sudah rusak. Mungkin karena mereka dulunya adalah korban dan sekarang menjadi pelaku. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang terluka akan melukai orang lain. Si pelaku bisa berasal dari orang terdekat atau bahkan orang yang tidak dikenal.
2. Si pelaku memiliki pemikiran yang sempit dan dangkal, mereka meniru lingkungan yang abusive dan melakukan hal yang sama. Mereka tidak memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana berkomunikasi dengan baik dan menghormati orang lain.
3. Si pelaku dipenuhi dengan pemikiran negatif, iri hati, dendam, dan kedengkian terhadap si korban. Mereka selalu melihat kesalahan pada si korban sehingga seringkali menggunakan kata-kata abusive.
4. Si pelaku hidupnya mungkin tidak bahagia dan penuh penderitaan. Faktanya, orang yang hidupnya tidak bahagia seringkali menyalurkan kekesalan, kemarahan, frustrasi, dan kesedihannya dengan cara membully orang lain. Saya seringkali bertemu dengan orang-orang seperti ini.
5. Si pelaku sebenarnya merasa rendah diri di dunia nyata, namun merasa superior ketika menulis kata-kata abusive di media sosial. Mereka adalah tipe orang yang pengecut dan bersembunyi di balik media sosial. Dan sayangnya, jumlah mereka sangat banyak.
6. Media sosial memudahkan banyak orang untuk melakukan bullying. Status WhatsApp, cerita Instagram, postingan Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook menyediakan platform yang sangat baik bagi si pelaku untuk melakukan tindakannya.
7. Media massa seringkali memperbesar dan memperkeruh suatu kebenaran sehingga terlihat seperti kesalahan. Hal ini menjadi kesempatan bagi si pelaku untuk melakukan tindakannya.
Cara yang paling efektif untuk melindungi korban adalah dengan mengambil langkah-langkah berikut:
1. Hindari atau menjauhi lingkungan yang abusive sebisa mungkin. Berinteraksi hanya jika memang penting.
2. Jangan memperhatikan atau mengambil hati perkataan yang bersifat abusive. Anggaplah perkataan tersebut tidak penting dan orang yang mengucapkannya tidak memiliki pengaruh dalam hidupmu.
3. Jika pelaku abusive adalah orang yang penting dalam hidupmu atau orang yang kamu sayangi, jangan fokus pada perkataan abusive yang diucapkannya. Lebih baik fokus pada alasan mengapa orang tersebut berbicara seperti itu. Coba amati dan pahami dari penjelasan di atas.
4. Kontrol pikiranmu ketika serangan abusive datang. Aku sendiri sering mengaktifkan mode tameng ketika ada orang yang mengucapkan perkataan abusive kepadaku. Dengan begitu, perkataan tersebut tidak akan melukai diriku.
5. Kenali dirimu sendiri, terimalah dirimu apa adanya, dan belajarlah untuk mencintai dirimu sendiri. Jika kamu sudah melakukan hal ini, maka orang lain tidak akan bisa menyakiti kamu secara verbal maupun mental. Kamu akan menyadari bahwa perkataan mereka tidak benar karena mereka tidak mengenal kamu dengan baik, sebaik kamu mengenal dirimu sendiri.
Cara yang paling efektif untuk melindungi korban adalah dengan mengambil langkah-langkah berikut:
1. Hindari atau menjauhi lingkungan yang abusive sebisa mungkin. Berinteraksi hanya jika memang penting.
2. Jangan memperhatikan atau mengambil hati perkataan yang bersifat abusive. Anggaplah perkataan tersebut tidak penting dan orang yang mengucapkannya tidak memiliki pengaruh dalam hidupmu.
3. Jika pelaku abusive adalah orang yang penting dalam hidupmu atau orang yang kamu sayangi, jangan fokus pada perkataan abusive yang diucapkannya. Lebih baik fokus pada alasan mengapa orang tersebut berbicara seperti itu. Coba amati dan pahami dari penjelasan di atas.
4. Kontrol pikiranmu ketika serangan abusive datang. Aku sendiri sering mengaktifkan mode tameng ketika ada orang yang mengucapkan perkataan abusive kepadaku. Dengan begitu, perkataan tersebut tidak akan melukai diriku.
5. Kenali dirimu sendiri, terimalah dirimu apa adanya, dan belajarlah untuk mencintai dirimu sendiri. Jika kamu sudah melakukan hal ini, maka orang lain tidak akan bisa menyakiti kamu secara verbal maupun mental. Kamu akan menyadari bahwa perkataan mereka tidak benar karena mereka tidak mengenal kamu dengan baik, sebaik kamu mengenal dirimu sendiri.
Sebenarnya, jangan terlalu fokus pada kata-kata kasar yang diucapkan oleh pelaku, tetapi lebih fokus pada alasan mengapa pelaku melakukan tindakan kasar tersebut. Seringkali, ketika ditanya mengapa dia berkata kasar, jawabannya adalah:
Aku ngga ada maksud ngomong seperti itu, aku cuma asal ngomong tanpa pikir panjang.
Aku ngga sadar ngomong seperti itu, soalnya aku lagi banyak pikiran dan stres.
Sebenarnya, aku mau ngomong A tapi malah ngomong B (salah ucap).
Aku cuma becanda kok. (Tipe moralitas dan pemikirannya sudah rusak).
Terakhir, ada satu kalimat yang sering saya ucapkan: Kamu adalah pahlawan bagi dirimu sendiri. Kamu memiliki kekuatan penuh atas dirimu, apakah kamu membiarkan orang lain menyakiti atau tidak. Semua tergantung pada keputusanmu sendiri, apakah kamu mengizinkan orang lain menyakiti atau tidak.