Saya tertarik ikut jawab karena merasa agak “tersinggung” dengan pertanyaannya. Haha..
Sebagai seorang kedokteran, saya melihat pertanyaan ini serupa dengan pertanyaan: mengapa bayi tidak dapat mengambil susunya sendiri saat mereka haus?
Meskipun saya tidak sarkastik, coba pikirkan ini:
Bayi sangat bergantung pada orang tua atau pengasuhnya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Kenapa dia tidak mengambil susunya sendiri? karena dia tidak bisa.
Sebelum si bayi bisa bangun dari tidurnya, duduk, berdiri, berjalan satu dua langkah, dan meneguk minuman dari botolnya, dia harus melalui berbagai tahapan pertumbuhan dan perkembangan.
Meskipun meneguk susu tampaknya mudah dan sederhana bagi bayi, langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan botol susu itu sulit.
Semua butuh proses Asah-Asih-Asuh yang konsisten dan adekuat dalam beberapa belas bulan pertama kehidupan, dan barulah si bayi bisa meraih (sedikit) kemerdekaannya.
Hal yang sama berlaku pada bisnis (dan juga semua hal).
Jangankan memulai bisnis (yang mungkin berhasil, mungkin gagal), sebanyak 8% orang yang memiliki pekerjaan aja tetap hidup dalam kemiskinan ekstrim (pengeluaran per orang per hari di bawah USD 1,25).
Jadi sementara kalimat “memperoleh keuntungan dari bisnis” terdengar manis, membangun bisnis yang bisa bertahan hidup (apalagi memperoleh keuntungan) sangatlah berliku dan (sayangnya) tidak semua orang punya kesempatan atau akses.
Mungkin benar bahwa orang sering mengatakan, “tanah kita itu tanah surga, tanam tongkat tumbuh pohon,” tetapi itu tidak selalu benar.
Tidak seperti yang ditunjukkan oleh Mang Damin dalam video di atas, ada banyak situasi di mana dia dapat berpuasa selama satu minggu karena kekurangan bahan makanan dan uang.
Everything is possible, for at least once.
Jadi berbisnis dan memperoleh keuntungan itu satu hal, tapi membangun sesuatu yang konsisten apalagi berkembang, itu perkara yang jauh berbeda.
Apalagi masalahnya di sini, sistem penyokong yang dimiliki orang berbeda-beda. Beberapa orang sanggup berbisnis kembali meski berulangkali bangkrut, sementara beberapa lainnya langsung cuss bablas di kesempatan pertama.
Apa yang saya mau coba sampaikan, kemiskinan bukan sekadar urusan membenahi mindset, atau mengajari berbisnis, tapi juga bagaimana membangun sistem penyokong yang memadai dan berkesinambungan.
Contohnya:
- Memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas,
- Menyediakan perumahan yang terjangkau,
- Akses terhadap air bersih dan layak konsumsi,
- Menguatkan komitmen pimpinan daerah,
- Membuat akses pelayanan keuangan,
- dlsb
Sebagaimana kita nggak bisa berharap seorang bayi bisa berdiri mengambil susunya sendiri hanya dengan memberinya ceramah motivasi.