Ini terjadi pada tahun 2016 saat saya ikut sebuah workshop di Jepang yang melibatkan peserta dari berbagai negara Asia. Kebetulan, saya dan salah satu peserta dari Mongol, yang masih mahasiswa tingkat satu saat saya hampir lulus. Dia sangat menyukai junior saya, yang juga menjadi peserta workshop, sehingga kami cukup akrab.
Pada suatu hari selama seminar malam, saya duduk di sampingnya. Selanjutnya, saya mengambil kamera HP-nya untuk mengambil foto. Saya tidak sengaja menyalin foto yang saya ambil sebelum melihat hasil fotonya. Saya tidak terlalu terheran-heran dan langsung melihat kembali foto yang saya ambil. Namun, dalam sekejap, saya menyadari keanehannya. Itu gambar punggung kaki, dan saya tampaknya kenal kaki itu.
Ilustrasi kaki. Sumber: medicalnewstoday.com
Saya balik slide lagi ke ke foto kaki itu. Saya teliti kakinya, dan bener aja, itu kaki saya sendiri, dan rupanya itu foto baru aja diambil malam itu juga, pas dia lagi duduk di sebelah saya. Saya bingung ngapain dia foto kaki saya. Soalnya bener-bener cuman kakinya doang. Saya tanya dong ke orangnya,
“Why do you have a pic of my foot in ur gallery?”
Ngomongnya harus bahasa Inggris, soalnya saya gak bisa bahasa Mongol, hahaha. Dengan polosnya, dia jawab kalo dia suka aja. Iya, suka kaki saya. Saya tanya lagi kenapa suka. Dia ngejelasin kalo dia suka ngeliat kaki cewek yang kurus, bahkan dia juga ngaku kalo dia foto kaki junior saya juga, dan beberapa peserta lain yang memenuhi kriteria kaki ideal dia. Mendengar penjelasan dia, saya otomatis bilang,
Bro, that’s a foot fetish
Kocaknya ternyata dia nggak ngerti apa itu foot fetish, jadi saya harus ngejelasin ke dia tentang itu, sekalian juga saya bilang kalo dia gak boleh sembarangan ngambil foto orang tanpa izin, apalagi buat bahan fetish, karena itu creepy dan bisa bikin orang gak nyaman. Saya ngejelasin dengan santai aja, tanpa judgement, like a sister to her younger brother, soalnya dia juga kayaknya masih polos banget, nerd gitu, umur 20 aja belum, gak pernah pacaran juga.
Karena itu, saya bertanya-tanya, apakah saya harus mengenakan kaus kaki? Namun, saya juga menemukan akun Instagram yang memiliki fetish kaos kaki. Apakah saya harus mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh? Namun, ada banyak fetish cadar. Jangan pedulikan orang lain. Saya tidak pernah berpakaian aneh, tidak pernah berpakaian sopan, atau melakukan apa pun yang dapat merugikan orang lain. Jika ada orang yang kejam, itu terjadi pada mereka, bukan pada saya.
Jika saya memutuskan untuk mengenakan kerudung, kaus kaki, atau bahkan cadar, saya akan melakukannya untuk kepentingan Allah, bukan untuk kepentingan orang lain. Bukan karena takut akan tindakan manusia atau ingin mendapatkan validasi dari mereka.
Makanya saya paling gak suka kalo ada orang yang nyuruh cewek pake kerudung pake alesan biar tambah cantik. Itu tuh kayak, hah? Yang bener aje. Pake kerudung mah karena perintah Allah, bukan karena mau dibilang cantik sama manusia.
Sebenernya kita tuh gak butuh alasan-alasan buat memvalidasi syariat. Sure, mungkin suatu syariat ada manfaat dan alasan yang masuk di logika manusia. Tapi kalo nggak? Kalo alasannya bisa dipatahin dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan? Mau gak percaya? Mau gak ngikutin syariat? Kita tuh cuman butuh iman. Kita mengerjakan syariat itu ya semata-mata karena perintah Allah. Dan kalau belum bisa memenuhi samua syariat ya nggak perlu cari-cari alasan untuk mengingkari.
Itu benar, ke mana-mana.Itu hanya alur pikiran saya. Sebagai orang yang dulunya kasar ketika dinasihati, saya sering berdebat secara pribadi tentang syariat karena banyak hal yang tidak saya terima.
Dan seiring waktu, saya selalu sampai pada kesimpulan bahwa melaksanakan syariat tidak ada hubungannya dengan logika manusia, melainkan hanya dengan cara kita bertaqwa kepada Allah. Saya sekarang dengan senang hati menerima semua nasihat yang diberikan, selama itu bermanfaat bagi saya. Namun, apakah pekerjaan dilakukan atau tidak, itu adalah masalah yang berbeda, hahaha.
Saya minta maaf ya jika tulisannya mengarah pada agama, hehe.