Sudahkah kamu menonton film ini? Ayo tonton setidaknya sekali seumur hidup. The Truman Show mengisahkan tentang kehidupan Truman yang sejak dalam kandungan sudah menjadi tontonan publik. Hidupnya disiarkan melalui televisi tanpa sepengetahuannya.
Semua yang terjadi dalam hidupnya direkayasa oleh sutradara dan kru film yang jumlahnya sama dengan penduduk negara. Bahkan laut, bangunan, kematian seseorang, dan jodohnya sudah diatur semuanya demi kepentingan film tersebut. Yang menyedihkan, hanya Truman yang tidak tahu.
Ada satu pertanyaan yang sangat mengguncang saya, yang juga muncul dari diri saya sendiri, yaitu:
Apakah yang saya lakukan ini sedang disaksikan oleh banyak sekali makhluk di dimensi lain?
Apakah yang saya lakukan semua ini hanya bagian dari rekayasa?
Semua tangis dan bahagia yang saya dapatkan apakah ini sudah direncanakan dan disusun sebelumnya?
Apakah saya punya pilihan?
Apakah sebenarnya kita terlalu banyak menyaksikan kehidupan orang lain yang tak penting?
Apakah sebenarnya manusia membutuhkan masalah untuk menjalani hidup?
Film favorit sepanjang masa bagi saya pribadi adalah Fight Club. Film ini membawa ide dan pemikiran yang menyindir kaum konsumen dengan sangat cerdas. Jika kamu terkesan dengan shockending Fight Club, saya justru sangat terkesan dengan semua ucapan dan pikiran Tyler Durden.
Apakah sebenarnya kita korban dari dunia yang kejam?
Apakah saya membeli suatu barang benar-benar saya membutuhkannya atau hanya karena korban iklan?
Inception. Sudah tidak perlu dijelaskan lebih lanjut tentang film ini. Saya ingin menyoroti adegan menarik ketika banyak orang tua yang lebih memilih untuk bermimpi daripada hidup di dunia nyata. Hal ini membuat saya berpikir:
Apakah sebaiknya seseorang hidup di dunia mimpi saja? Toh saya tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang palsu? Bukankah ini pilihan yang baik daripada menjalani kehidupan yang menyakitkan?
12 Angry Men adalah film yang luar biasa dan menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa. Saya pernah mengulasnya sebelumnya. Ceritanya mengisahkan tentang 11 orang yang memberikan vonis bersalah pada tersangka utama. Namun, mereka tidak dapat membuktikan dengan pasti bahwa tersangka utama benar-benar bersalah.
Mereka hanya mengikuti arus dan memvonis seseorang tanpa mempertanyakan keraguan mereka. Hanya beberapa orang yang benar-benar memahami tentang tersangka utama, sedangkan yang lain hanya terbawa emosi dan memiliki pengetahuan yang dangkal.
Film ini membuat saya mempertanyakan beberapa hal tentang keadaan dunia ini. Apakah kita benar-benar tahu apa yang salah? Ataukah kita hanya mengikuti keinginan dan pendapat orang lain?
Sebegitu pahamkah seseorang terhadap sesuatu hal sehingga dia mampu menghakimi seseorang yang sebenarnya belum tentu salah
Apakah sebenarnya kita sering melepaskan orang yang bersalah? Dan memhukum orang yang baik?
Apakah sebenarnya di penjara tak semuanya penjahat?
Film ini mendapat rating yang kurang memuaskan di IMDb, namun berhasil menjelaskan teori The Butterfly Effect dengan sangat baik dan mudah dimengerti. Ceritanya mengisahkan seorang lelaki yang memiliki kemampuan untuk mengubah takdirnya hanya dengan mengingat apa yang terjadi di masa lalu. Dia dapat mengubah tindakannya dan akibatnya, sehingga kehidupannya di masa depan pun berubah. Jika masih kurang jelas, saya sangat merekomendasikan untuk menontonnya.
Inti dari film ini adalah bahwa tindakan kecil yang kamu lakukan dapat mengubah masa depan.
Apakah benar sebagai makhluk yang bebas, takdir kita sudah tertulis?
Jika sudah tertulis, apakah benar kita punya kehendak bebas?
Jika perbuatan apapun bisa mempengaruhi apa yang ada di masa depan. Apakah kesalahan yang saya buat sudah tertakdirkan?
Apakah dunia paralel itu nyata? Apakah diri kita ada di Universe lain? Bagaimana kondisinya? Apakah dia jauh lebih bahagia?