Saya adalah anak perempuan pertama dan sulung dari ayah dan ibu saya. Saya memiliki satu adik perempuan yang sejak kecil sangat mandiri, cerdas, dan tegas, tetapi tidak terlalu dekat dengan orang tua. Mungkin karena dia adalah anak keempat, dia lebih pendiam dibandingkan dengan saya. Bagaimana dengan saya?
Sejujurnya, saya tumbuh dengan perasaan tidak aman yang cukup menghantui, sehingga saya cenderung khawatir jika tidak dapat memenuhi harapan orang tua terhadap saya. Seringkali saya mendengar kata-kata seperti “contoh dong mbak rieny” setelah saya dewasa dan melihat kembali masa kecil saya, ternyata itu memberikan beban psikologis yang cukup berat. Terutama aspirasi ayah saya yang bahkan saat saya kuliah di tahun ketiga sudah “sibuk” bertanya ke sana kemari, bagaimana jika dia ingin saya melanjutkan studi di luar negeri.
Apakah ini membuat saya jadi sosok tertutup dan tak bisa mengungkapkan diri? Tidak, kan?
Sepertinya saya memang memiliki sifat dasar yang sangat ekspresif, mudah tertawa (dan keras, benar-benar tidak seperti perempuan Jawa, kata nenek saya), dengan rasa ingin tahu yang tak ada habisnya. Selain itu, saya suka membaca, bahkan sejak kecil buku bacaan anak saya hanya Bawang Merah & Bawang Putih serta Timun Mas… di kelas 5 SD saya sudah berusaha bisa memahami Reader’s Digest. Padahal itu dilakukan dengan terus membuka kamus.
Saya ingat, teman-teman yang juga anak sulung seperti saya, tidak semuanya bersikap tertutup dan sulit mengekspresikan diri.
Oh iya, karena sejak kecil saya rajin mengarang, sebenarnya khayalan yang ditulis, karena rasanya tak ada nilai sastra nya, ketika saya sudah duduk di SMA saya mulai lebih nyaman menulis surat untuk Ibu saya. Jika saya merasa tersinggung atau seperti tidak dipahami, surat saya akan semakin panjang. Setelah “protes tertulis” biasanya saya akan memperlambat pulang Les, lalu menyelinap ke kamar.
Jika tidak nyaman untuk langsung bicara, mungkin ini karena tidak terbiasa untuk berbicara secara langsung. Ngobrol seru dan ramai dengan adik-adik, bersama orang tua, sering kami lakukan, tetapi memang tidak terlalu pribadi. Setelah menjadi mahasiswa, ibu malah sering meminta saya untuk bertanya pada adik-adik, apakah ada yang ingin mereka sampaikan tetapi sungkan atau takut.
Sayangnya, ketika ibu meninggal dunia, baru saya dan dua adik laki-laki yang mulai dewasa, bahkan si bungsu baru kelas 4 SD. Kami memang tidak memiliki pengalaman bercurhat pada beliau.
Ke ayah? Tidak seru, karena pada dasarnya beliau tetap saja “tentara”, meskipun sudah berpindah profesi. Lebih seringnya, beliau memastikan anak-anaknya memiliki fasilitas pendukung kenyamanan, daripada berbicara sebagai orang dewasa.
Kembali ke pertanyaan Anda, saya rasa hal yang lebih berpengaruh untuk membuat anak nyaman berinteraksi terbuka dengan orang tuanya, bukanlah pada urutan kelahiran anak. Selain kepribadian dan sifat dasar anak, kebiasaan interaksi yang dikembangkan di rumah akan membentuk pola hubungan keluarga yang tetap dan memengaruhi kenyamanan dalam berbicara terbuka pada orang tua. Di masa kecil saya, bahkan banyak ayah yang hampir tidak berbicara dengan anak-anaknya. Ibu-lah yang menjadi juru bicara.
Setelah memiliki anak sendiri, saya menyadari bahwa bisa “berbicara” dengan leluasa kepada orang tua akan membuat anak menjadi percaya diri dan lebih tahu apa yang ia inginkan. Saya mencoba membangun atmosfer kedekatan emosional yang saya harapkan bisa membuat anak-anak nyaman berbicara kepada saya.
Apakah lancar terus? Tentu saja tidak. Selalu ada masalah sensitif yang sulit disampaikan secara langsung, dan biasanya saya meminta bantuan Eyang (adik ibu saya), serta para Oom dan tante-nya. Menurut saya, menjadi jujur dan hemat adalah kunci utama dalam menjaga keterbukaan dalam keluarga.
Jujur di sini juga berarti tidak terlalu menekan anak ketika mereka mengemukakan keinginan mereka. Tidak perlu terlalu keras dalam mengkritik, cukup dengan satu kalimat saja sudah cukup, tidak perlu ibu langsung mengatakan bahwa itu salah atau tidak benar. Menerima apa yang anak bisa sampaikan secara lisan akan membantu membangun kemampuannya dalam berbicara dan mengungkapkan diri. Hal ini akan sangat berguna bagi mereka ketika dewasa nanti.
Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih dan salam hormat.