Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mencoba bersikap realistis.
Jika calon suami memiliki penghasilan yang hanya cukup untuk dirinya sendiri, maka jelas bahwa dengan tambahan satu orang (istri), penghasilannya tidak akan mencukupi.
Lalu, apakah cinta bisa membuat pasangan tersebut mencapai kesuksesan finansial? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak.
Jawaban “ya” bisa terjadi jika calon suami memiliki beberapa kualitas penting seperti etos kerja yang baik, kemampuan manajemen keuangan, dan tidak gengsi melakukan pekerjaan apapun.
Mengapa tiga hal ini penting? Pertama, etos kerja yang baik menunjukkan bahwa suami akan bekerja dengan teratur dan terencana. Kedua, manajemen keuangan sangat penting terutama di awal pernikahan, karena pasangan harus mengelola pendapatan untuk kebutuhan hidup, pendidikan (investasi “leher ke atas”), dan kewajiban lainnya. Awal pernikahan sering kali menjadi masa yang cukup berat. Ketiga, tidak gengsian berarti suami siap melakukan pekerjaan apa saja yang bisa menambah pemasukan.
Namun, istri juga harus sadar diri. Artinya, mendukung suami dengan melayani dengan baik, tidak mengeluh soal hal-hal sepele, dan tidak memaksakan kehendak. Dengan cara ini, dalam jangka waktu yang tidak pasti, kondisi keuangan berpotensi membaik dan kesuksesan bisa diraih. Karena, di balik pria sukses, ada wanita hebat yang mendukung.
Sebaliknya, cinta saja tidak cukup jika calon suami tidak menunjukkan potensi untuk sukses. Misalnya, ada pekerjaan harian yang cukup lumayan, namun ditolak karena gengsi atau diterima tetapi dikerjakan dengan malas-malasan. Sikap seperti ini akan membuat calon suami sulit berkembang dan meraih kesuksesan finansial.