Sebelum menjatuhkan keputusan saya biasanya melakukan analisa terlebih dahulu. Saya akan melihat besar untung dan ruginya ketika saya memilih A dibandingkan B, atau pun sebaliknya. Analisa ini tidak saya lakukan sendiri, saya juga bertanya pada teman atau kerabat yang sudah ahli dalam pilihan yang sedang saya hadapi. Tetapi intinya, saya percaya tiap pilihan yang saya ambil pasti ada untung dan konsekuensinya.

Misalnya memilih pekerjaan dengan pilihan gaji kecil tapi dekat dengan orangtua atau gaji besar tetapi harus merantau.
Saya akan melihat kondisi di rumah, apakah orangtua bisa hidup sendiri tanpa saya, kalau bisa saya akan ambil gaji besar dan merantau. tetapi sebaliknya, kalau orangtua hanya tinggal sendiri, saya akan merelakan gaji besar itu.

Melihat diagram di atas, memang perbedaan budaya juga mempengaruhi pola perilaku. Hal ini juga berkaitan dengan low context dan high context. Indonesia menganut bahasa high context, yaitu dalam menyampaikan maksud tertentu cenderung menggunakan bahasa yang berbunga atau tidak to the point. Sedangkan negara barat kebanyakan low context.

Tambahan:

1. Beda dengan orang Austria dan Jerman yang tanpa basa basi mengutarakan keberatan, orang Asia lebih banyak tidak enak / sungkan / berkompromi sehingga terkadang banyak pekerjaan yang tidak sesuai ekspektasi, karena mungkin mereka malu mengakui (tidak mampu).
2. Memang betul orang Amerika Latin sehangat seperti orang Itali, sangat bersahabat. Mereka kebetulan juga teman dekat saya dan secara komunikasi tidak begitu berbeda dg Indonesia.