Pengalaman pertama dan terakhir, karena saya dan pasangan saya memutuskan untuk tidak menggunakan jasa ART lagi setelah peristiwa ini. Selain itu, karena anak kami sudah besar, rutinitas di luar rumah kami sekarang berbeda dari sebelumnya. Kami berdua masih bekerja di perusahaan swasta, jadi kami bisa bekerja sama dalam tim untuk menyelesaikan segala urusan rumah.
Kami biasa memanggil ART kami “Sri”.
1. Korupsi
Mungkin bahasanya terlalu berlebihan, tetapi perilaku Mbak Sri menunjukkan tindakan korupsi, meskipun dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan para pejabat senior yang ada di sana. Beberapa korupsi yang akhirnya ditemukan oleh KPK dengan nama Koordinator Perlindungan Keluarga antara lain :
- Korupsi kebutuhan pokok sehari-hari. Jadi semisal saat belanja, Mbak Sri bilang harga telor per kilo 30 ribu, padahal aslinya 23 ribu. Sisa 7 ribunya dia ambil. Ini baru telor, belum beras, sayur, buah, daging dan yang lainnya.
- Korupsi biaya listrik dan air. Karena kami tinggal di perumahan, jadi air yang digunakan ialah PDAM, sementara listriknya pakai pulsa. Mbak Sri sering minta uang pulsa, alasannya listrik habis, pernah rekor dia minta sebulan 4x, dengan total 850 ribu. Air juga sama, bilangnya tagihan PDAM diatas 250 ribu, padahal aslinya sekitar 100 ribuan.
- Korupsi biaya operasional PAUD anak kami. Semisal ada biaya untuk beli buku gambar, otomatis dia minta uang dong, giliran uang dikasih, malah buku gambarnya tidak dibeli. Belum berbagai korupsi lainnya.
2. Mencuri
Ini adalah tindakan keji lainnya yang dilakukan oleh Mbak Sri. Dia mencuri barang milik anak dan saya, serta barang milik istri.
- Perhiasan, seperti cincin, kalung, gelang, dan anting-anting, serta emas antam yang disimpan istri juga dicuri. Pakaian istri juga dicuri.
- Barang saya juga dicuri oleh Mbak Sri, seperti peralatan komputer di ruang kerja, sepatu sampai ponsel pun pernah.
- Barang anak yang diambil oleh Mbak Sri ialah mainan anak saya, begitu juga pakaian, celana, sepatu, sandal, topi sampai alat tulis buat sarana dia belajar di PAUD juga diambil.
3. Awal mula Mbak Sri tertangkap basah
Agar tidak jadi rancu, saya sedikit jelaskan sistem kerja Mbak Sri. Takutnya pembaca Quora mengambil kesimpulan, tapi belum memahami kronologi dan latar belakang Mbak Sri.
Mbak Sri ini tinggal di belakang komplek perumahan saya. Beliau asli orang Jawa, begitu juga suaminya. Beliau sudah lama merantau di daerah sini, bahkan sampai sudah memiliki rumah pribadi. Anak Beliau ada 3, tapi masih kecil-kecil, bahkan yang bungsu beda 2 tahun dengan anak saya. Usia anaknya yang paling besar kelas 3 SD, yang kedua kelas 1 SD dan terakhir TK nol kecil.
Karena kondisi itupun, saya izinkan Beliau membawa anaknya ke rumah, apabila anak-anaknya pulang sekolah, tujuannya agar membuat Mbak Sri nyaman dan tenang, karena namanya anak masih kecil-kecil, takutnya terjadi apa-apa tanpa diawasi.
Tugas Mbak Sri dirumah ini simpel, Beliau tidak nyuci baju kami, tidak nyuci peralatan makan dan dapur kami dan tidak juga menyapu dan mengepel.
Salah satu tanggung jawab Mbak Sri adalah menjaga anak kami. Dia dapat mengantar dan menjemput mereka ke PAUD yang berada di dekat rumah kami, hanya beberapa rumah jauhnya. Selain itu, kami memintanya untuk menyuapi anak kami saat makan siang dan memandikannya di sore hari sebelum anak berangkat ke Mushola untuk belajar mengaji.
Selain itu, dia juga belanja; lokasinya di seberang perumahan, ada beberapa toko yang menjual sayur-sayuran, telor, sembako, dan kebutuhan lainnya. Itu sangat dekat dengan rumah. Yang lebih penting, Mbak Sri memiliki tanggung jawab untuk menjaga rumah sampai kami pulang dari pekerjaan. Dia bekerja dari Senin hingga Jumat dari pukul 09.00 hingga 16.30 WIB.
Secara gaji, mohon maaf, kami pun sudah berusaha memberikannya secara layak. Daripada kasbon, kami sudah memberikan opsi terkait gaji, bisa diambil harian, mingguan atau bulanan. Per hari, Beliau kami berikan 150 ribu rupiah, per minggu, karena 5 hari kerja, sekitar 750 ribu. Total per bulannya 3 juta.
Awal mula Mbak Sri ketangkap basah ialah saat kami memutuskan memasang CCTV secara diam-diam, karena kami sengaja memasangnya saat weekend, ketika Mbak Sri libur. Posisinya pun sedikit samar, karena kalau tidak melihat secara teliti, orang lain tidak akan tahu di ruangan itu ada CCTV.
Awal mula ketangkap basah, Mbak Sri tidak mau jujur dan mengaku. Namun saat KPK datang alias keluarga istri saya, karena ipar kebetulan Polisi, akhirnya Mbak Sri ketakutan dan membuka semuanya.
Padahal, kami sebenarnya fokus ke kejadian pencurian awalnya, tapi karena saking ketakutannya, perihal korupsi pun dia ceritakan. Syok, kaget dan sedih, orang yang kami percaya, kok sebegitunya membohongi kami.
4. Alasan Mbak Sri melakukan itu semua
Mbak Sri pernah sukses dan berjaya di masanya. Dulu awal merantau, dia bisnis Warteg, sampai bisa beli tanah, bangun rumah, beli kendaraan bermotor bahkan umroh. Namun Mbak Sri ada ujian, yaitu di suaminya. Jadi suaminya sedari awal memang numpang hidup sama Mbak Sri yang dikenal pandai berbisnis kuliner. Jadi suaminya adalah pelanggan Warteg yang akhirnya PDKT, pacaran terus nikah. Sejak menikah, bisnis Mbak Sri jadi berantakan, karena suaminya suka berjudi, baik offline maupun online dan maaf, suka jajan wanita malam.
Singkat cerita, bisnis Warteg bangkrut, dan Mbak Sri pontang panting untuk mencari nafkah seorang diri, sementara suaminya ya asyik dirumah, sambil minta jatah. Beliau pernah jadi SPG, sales door to door sampai jualan Yakult pakai sepeda. Dan akhirnya memutuskan menjadi ART di rumah kami.
Karena suaminya masih menganggur dan selalu minta jatah berupa duit untuk main judi dan perempuan, akhirnya tersirat pikiran Mbak Sri untuk korupsi dan mencuri, karena barangnya nanti dijual lagi.
Saat menjadi SPG, sales dan jualan Yakult pun, Mbak Sri juga bermasalah, karena itu tadi, tuntutan ekonominya besar, namun yang berjuang Beliau seorang.
Akhirnya setelah musyawarah keluarga, diputuskan kesalahan Mbak Sri cukup selesai dengan baik-baik. Segala kerugian yang kami alami, biarkan jadi pembelajaran, karena pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. Namun dengan berat hati, Mbak Sri pun kami akhiri akad kerjanya.
Alhamdulillah, dari kejadian ini, akhirnya kami berdua mendapat rejeki menjadi PNS, tidak lama dari momen ini. Kerisauan akan waktu kepada anak pun lebih teratasi, karena waktu kerja di PNS lebih sederhana dibanding saat masih di swasta, yang kadang ada lembur sampai malam hari.
Belajar dari pengalaman kami, mungkin alangkah lebih baiknya kita telusuri riwayat calon ART dulu. Ribet memang, tapi mencegah lebih baik dibandingkan mengobati.