Cobalah sesekali untuk menulis ucapan Selamat Ulang Tahun dengan kata-kata yang unik dan berbeda. Hindari frasa klise seperti “Semoga panjang umur” atau “Banyak rezeki” yang sering digunakan.
Tugas sederhana ini ternyata bisa sangat menantang bagi banyak orang.
Hal serupa juga berlaku untuk ucapan duka cita, selamat wisuda, atau ucapan pernikahan yang sering muncul di grup WhatsApp atau media sosial lainnya. Hampir semua ucapan serupa, hanya berbeda dalam penempatan titik dan koma.
Sekitar tiga tahun lalu, ketika saya ingin membuat logo untuk Bree (nama kafe saya), saya mengadakan kontes desain berbayar di platform pemesanan logo. Lebih dari seratus desain masuk, dan sebagian besar memiliki pola yang sama. Mayoritas mencantumkan gambar seperti pisau, sendok, garpu, berbagai macam cangkir kopi, mangkuk, piring, dan aksesoris dapur lainnya. Menarik tapi tidak original. Hampir semua adalah pengulangan dari apa yang sudah ada di pasar—output dari template standar.
Melihat kesamaan tersebut, kita harus mengakui bahwa kita semua seringkali adalah produk dari pola pikir yang seragam, hasil dari “pabrik pola pikir” yang kita sebut sebagai lembaga pendidikan formal (sekolah).
Tidak peduli seberapa imajinatif kita saat kecil, pola pikir kita akan “dicetak” menjadi seragam saat memasuki sekolah, terutama di sekolah negeri atau sekolah yang dikelola lembaga keagamaan. Tempat-tempat ini cenderung menolak perbedaan, terutama dalam pola pikir, karena perbedaan dianggap mengganggu kenyamanan kolektif yang sering disebut sebagai kemapanan.
Jadi, bagaimana cara berpikir “out of the box”?
Mungkin langkah awalnya adalah dengan mengubah cara pandang kita terhadap dunia.
Mulailah dengan hal-hal sederhana, seperti menghindari ucapan klise di grup WhatsApp.
Beranikan diri untuk mencoba variasi dalam berbusana.
Kemudian, lanjutkan dengan menantang kemapanan. Mulai dengan memutarbalikkan logika, seperti yang dilakukan oleh para komika yang secara jenaka keluar dari pola pikir yang seragam.
Seperti yang dikatakan seorang penulis buku dengan cerdas, “Saat semua orang memilih berjalan ke arah kanan, saya akan mengambil arah kiri.” Mungkin terasa sendiri, tetapi kesendirian ini adalah keberanian untuk menabrak batas-batas kotak imajinasi yang seragam dan membebaskan kreativitas kita.