Apabila melakukan transplantasi otak, apakah kesadarannya akan menjadi si pendonor?
Mia SulastriTeacher
Apabila melakukan transplantasi otak, apakah kesadarannya akan menjadi si pendonor?
Share
Kalau bisa dilakukan, kemungkinan besar orang yang menerima donor otak akan menjadi manusia yang berbeda. Sebab pusat pengendalian kesadaran manusia ada di otak bukan di jantung.
Orang Mesir kuno percaya bahwa jantung adalah tempat jiwa, mengendalikan sensasi, pikiran, dan gerakan tubuh. Konsep ini dikenal sebagai hipotesis kardiosentris. Gagasan yang telah terpelihara hingga Archimides dan sebagian dari filsuf Yunani kuno lainnya ini mempengaruhi Abad Pertengahan hingga Kebangkitan Islam.
Misalnya Caligula, yang mengalami perubahan perilaku secara total setelah sembuh dari sakit yang dideritanya. Perilaku menyimpangnya adalah dia melakukan hubungan seksual dengan istri para pejabat di depan suaminya. Kemudian, ia juga memaksa para pejabat berhubungan intim dengannya di depan para isterinya. Ia menjadi pemimpin yang akhirnya dibenci oleh masyarakat Romawi kuno. Dan mati ditikam lebih dari 30 kali oleh sekelompok penjaga.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa timbal asetat yang mencemari anggur yang sering diminumnya, sebagai pemicunya. Di dalam otak, kerusakan akibat timbal di korteks serebral prefrontal, hipokampus, dan otak kecil dapat menyebabkan berbagai gangguan neurologis, seperti kerusakan otak, keterbelakangan mental, masalah perilaku, kerusakan saraf, dan mungkin penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan skizofrenia.
Kerusakan pada otak bisa mengubah perilaku seseorang, tapi tidak pada kerusakan jantung. Misalnya, bagaimana transplatasi jantung yang berhasil dilakukan tidak mengubah kesadaran orang yang menerima organ donor atau pada orang-orang yang menggunakan jantung buatan seperti Stan Larkin.
Dia memiliki ransel abu-abu yang selalu menemani Larkin, untuk tetap membuatnya hidup. Di dalam tas itu terdapat sebuah sumber tenaga yang membuat jantung buatannya tetap bekerja. Jantung asli Larkin telah dikeluarkan dari tubuhnya. Lalu diganti dengan sebuah perangkat yang memungkinkannya untuk tetap tinggal di rumah ketimbang di rumah sakit, sambil menunggu untuk menerima transplantasi. Tak ada perubahan perilaku atau kesadaran yang terjadi.
Jadi apabila transplantasi otak berhasil dilakukan, kemungkinan besar iya, akan ada kesadaran yang berubah sesuai dengan milik si pendonor karena di dalam otak tersimpan banyak kenangan pemilik lamanya atau malah justru mengalami hilang ingatan