Mari kita mulai soal cerita suara kuntilanak itu…
Oleh karena itu, selama awal pernikahan kami, saya dan pasangan saya tinggal di rumah mertua kami yang terletak di kompleks perumahan elit. Walau bagaimanapun, rumah mertua saya hanyalah rumah tua, yang bisa dibilang elit pada tahun 80-an. Tidak ada apa-apa dibandingkan dengan rumah tetangga. Rumahnya masih kokoh dan indah meskipun sudah tua.
Banyak rumah besar kosong karena namanya kompleks elit. Ada yang tidak terjual karena tidak laku terjual, dijadikan rumah jaminan atau investasi, masalah dengan tanah, dll.
Rumah baru di sebelah rumah mertua masih kosong. Suaminya menyatakan bahwa keluarganya tidak dapat pindah ke situ karena mereka harus menunggu anaknya pindah ke sekolah yang berada di depan kompleks.
Padahal rumah baru itu sudah jadi dari setahun lalu. Oh iya sebelum rumah itu berdiri, itu hanyalah sebuah tanah kosong dengan rumah tua lapuk yang didiamkan selama 15 tahun lamanya. Bisa dibilang sudah banyak dihuni makhluk, salah satunya si kuntilanak. Nah, si kunti ini sering nongkrong di kolam ikan yang ada di area taman rumah mertua. Karena tetangga yang ‘indigo’ bisa lihat sehingga dia memberi tahu hal itu ke mertua. Alhasil kolam itu langsung diubah jadi taman.
Si tetangga juga bilang kalau mbak ARTnya sempat lihat si kunti terbang dari tanah kosong itu ke depan komplek. Waduh, meresahkan, nih.
Pas awal-awal saya tinggal di situ, jujur saja saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena saya sering mendengar suara perempuan bersenandung dari rumah sebelah yang kosong. Hampir setiap malam saat sudah di atas jam 12. Oh ya, kamar saya tepat bersebelahan sama rumah itu. Waktu itu saya belum tau soal si kunti sebelah rumah.
Pada suatu malam, suami saya yang masih gemar beli album fisik, menyetel album barunya di kamar. Waktu itu tepat jam 12 malam. Saya sudah bilang, sebaiknya besok saja setel albumnya. Tapi dia kekeuh menyetel walau tidak pakai volume keras.
Pas lagunya diputarkan, sayup-sayup saya mendengar suara perempuan yang sedang bersenandung mengikuti irama lagu. Saya stop pemutar kaset, suara berhenti. Saya putar lagi, suara itu ada lagi.
Suami saya bingung dengan yang saya lakukan. Saya bilang, “Kalau lagunya disetel, ada suara perempuan ikut nyanyi. Kalau lagunya di-stop, suara perempuannya juga ikut stop. Coba deh kamu dengerin sendiri.”
Pas suami saya coba, dia bilang, “Yank, aku denger suara cewek ikut nyanyi!”
“Makanya!!!”
Buru-buru dia stop lagu. Dan akhirnya di malam itu kita sama-sama insomnia. Karena tidak bisa tidur, masing-masing dari kita menyibukkan diri di depan laptop. Suami melanjutkan kerjaannya, saya nulis blog.
Hahaha, lucu juga ya, si mbak kunkun ternyata pecinta musik juga. Atau jangan-jangan dia penggemar NAIF juga? Soalnya waktu itu suami lagi setel album terbaru NAIF.
Gegara itu, kalau malam-malam suami mau setel lagu pasti harus pakai headphone. Cuma setel kaset dari laptop, tidak mau dari player.
Saya curiga kalau pemilik rumah sebelah waktu itu belum mau pindah ke situ karena diganggu sama si mbak kunkun. Setelah saya tinggal di situ 2 tahun, baru si pemilik rumah pindah sembari memboyong anjingnya yang setiap malam menggonggong. Mungkin si anjing lagi main sama mbak kunkun? Sejak ada anjing sih, tidak ada suara si mbak lagi. Tapi jadi lumayan berisik mendengarkan lolongan anjing setiap malam, huhu.