1. Data yang bias yang mengarah pada profil rasial untuk pelaku kejahatan. Jika Anda pernah menonton Minority Report, di masa depan ada teknologi yang berusaha mencegah kejahatan dan ternyata teknologi prediksi tersebut salah dan Tom Cruise, pemeran utama, yang belum melakukan kejahatan jadi ingin ditangkap. Begitulah di era sekarang banyak yang mencoba mencegah kejahatan dengan menggunakan data[1], namun yang terjadi justru kelompok minoritas (seperti orang kulit hitam atau Latin di Amerika atau etnis minoritas Uighur di Cina[2]) semakin terjepit karena dianggap lebih mungkin melakukan kejahatan berdasarkan data rekam kriminalitas. Padahal, kenyataannya, tingginya data kriminalitas mereka disebabkan oleh perlakuan yang tidak adil di masa lalu[3].
2. Data yang bias juga menyebabkan kesenjangan yang semakin melebar karena adanya bias terhadap parameter tertentu seperti gender, pendidikan, lingkungan, dan keluarga. Mengapa Anda tidak mendapatkan kesempatan kerja mungkin karena sistem otomatisasi yang menggunakan kecerdasan buatan ternyata memiliki bias data, bahkan perusahaan Amazon yang memiliki sistem yang canggih pun tidak luput dari masalah ini[4]. Bayangkan, ini tidak hanya berdampak pada kesempatan kerja, tetapi juga pada asuransi yang harus membayar lebih mahal, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan (karena diprediksi akan sia-sia membiayai sekolah Anda), dan berapa banyak kehidupan manusia yang akan hancur karena kecerdasan buatan.
3. AI yang harus mengambil keputusan seperti dalam contoh dilema AI mobil self-driving: mobil sedang melaju dengan kecepatan tinggi, di depannya ada seorang ibu yang sedang menggendong anak menyeberang jalan. Jika mobil mengerem, pengemudi akan terlontar dan meninggal. Jika tidak mengerem, ibu dan anaknya akan tertabrak dan meninggal. Pilihan yang mana yang harus diambil? Ini adalah contoh keputusan yang harus diambil oleh mobil, namun di masa depan, AI juga akan dihadapkan pada keputusan-keputusan lain yang lebih kompleks, seperti mempertimbangkan memusnahkan separuh umat manusia demi kelangsungan makhluk hidup. (Contoh yang mirip adalah Thanos)
4. AI sebagai asisten propaganda. Meskipun bukan sepenuhnya AI, namun AI digunakan untuk menyebarkan informasi bohong, seperti video porno palsu atau berita palsu dengan menggunakan teknologi DeepFakes[6]. Hal ini baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat dan digunakan sebagai senjata propaganda oleh kelompok ekstrem kanan. Jika di Indonesia, hanya dengan memotong video seseorang dapat menciptakan kehebohan di seluruh negara, maka belum dapat diprediksi apa yang akan terjadi jika menggunakan teknologi yang lebih canggih.