Bagaimana awal mula penamaan kota Bandung?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Kata Bandung berasal dari kata Bendung karena Bandung sendiri merupakan cekungan danau purba.
Sedangkan menurut cerita turun temurun mengatakan bahwa nama Bandung diambil dari kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang digunakan Bupati Bandung, Wiranatakusumah II menyusuri Sungai Citarum untuk mencari ibukota kabupaten yang baru untuk menggantikan Dayeuh Kolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, Bandung berasal dari kalimat “Ngabandungan Banda indung”. “Ngabandungan” artinya menyaksikan atau bersaksi. “Banda” adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. “Indung” berarti Ibu atau Bumi dan bisa diartikan juga Ibu Pertiwi.
Pada masa keruntuhan Pajajaran, Bandung merupakan bagian dari kerajaan Timbanganten yang merupakan vassal dari Sumedang Larang yang mana Sumedang Larang merupakan pewaris Pajajaran yang mewarisi wilayahnya kecuali Cirebon, Banten, dan Sunda Kelapa. Bandung sendiri pada saat itu bernama Tatar Ukur. Sumedang Larang sendiri semakin melemah setelah berperang dengan Kesultanan Cirebon.
Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung telah menaklukan hampir seluruh wilayah Jawa kecuali di bagian barat. Sultan Agung yang berambisi ingin menaklukan Banten terhalang oleh VOC di Batavia. Di sisi lain Sumedang Larang juga khawatir dengan upaya ekspansi Kesultanan Banten yang hendak menguasai wilayah bekas Pajajaran.
Akhirnya Rangga Gempol I berangkat ke Mataram untuk meminta perlindungan dan bergabung dengan Mataram sebagai vassal. Sejak saat itu Sultan Agung mengganti nama wilayah Sumedang Larang menjadi Priangan.
Pada tahun 1624 Sultan Agung memerintahkan Rangga Gempol merebut wilayah Sampang, Madura. Setelah penyerbuan ke sampang, Rangga Gempol wafat di Mataram. Rangga Gede yang merupakan saudara dari Rangga Gempol menggantikannya menjadi Bupati Wedana Priangan, namun nasib naas terjadi, Kesultanan Banten menyerang Sumedang dan Rangga Gede tidak berhasil menahan serangan Banten dan akhirnya melarikan diri. Jabatan Bupati Wedana Priangan pun diserahkan pada Dipatiukur yang merupakan penguasa Tatar Ukur atau sekarang yang dikenal dengan Bandung.
Dipatiukur yang menjabat sebagai Bupati Wedana Priangan diberi tugas oleh Sultan Agung untuk menyingkirkan VOC dari Batavia karena menghalangi upaya Mataram menguasai Banten. Penyerangan pun dilakukan pada tahun 1628, namun akibat kurang koordinasi penyerangan itu mengalami kegagalan, rombongan Dipatiukur telah menunggu selama tujuh malam untuk menunggu rombongan Mataram namun tak kunjung datang, Dipatiukur pun memutuskan menyerang VOC lebih dulu yang disebut-sebut sebagai penyebab penyerbuan ke Batavia gagal.
Dipatiukur tahu jika ia pasti akan dihukum berat oleh Sultan Agung seperti yang terjadi pada Rangga Gede. Sultan Agung kemudian memerintahkan pasukannya menyerang persembunyian Dipatiukur dan akhirnya tertangkap di Gunung Lumbung. Setelah tertangkapnya Dipatiukur, Priangan dipecah melalui surat yang tertanggal 20 April 1641 menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya), Kabupaten Parakanmuncang (sekarang bagian Sumedang), dan Kabupaten Bandung. Di sinilah nama Bandung mulai digunakan dan dipimpin oleh Tumenggung Wirangunangun. VOC sendiri mulai menyebut daerah Ukur sebagai “Nagorij Bandoeng” dan “West Oedjoeng Beroeng”.
Ketika wilayah Priangan jatuh kepada VOC diadakanlah tanam paksa, hingga pada masa pemerintahan Daendels, Bupati Wiranatakusumah II diperintahkan untuk membangun ibukota baru di tempat ia menancapkan tongkat yang kelak menjadi KM 0 Bandung. Pemindahan ibukota tersebut diakibatkan dengan adanya pembangunan jalan pos sehingga pusat kota harus dapat dilalui oleh jalan tersebut dan pada tanggal 25 September 1810 ibukota baru resmi berdiri dan diperingati sebagai hari jadi Kota Bandung. 1 April 1906, Bandung mendapatkan status gemeente atau kotamadya.