1. Biasanya, hal pertama yang saya lakukan adalah tidur. Anehnya, saya merasa ngantuk saat sedang sedih. Saya ingin meletakkan kepala di bantal yang dingin sambil memeluk guling. Meskipun tidak efektif (karena terlalu banyak tidur membuat kepala sakit), tapi ini adalah cara yang paling sederhana, mudah, dan murah. Tapi ingat, jangan menangis saat tidur, nanti bangunnya dehidrasi. Hmm.
2. Saya suka makan es krim. Ini keren banget, karena saya mengikuti adegan di sitkom Amerika (Friends-Friends-Friends) setelah putus cinta. Tapi entah kenapa, setiap kali saya makan es krim, saya langsung merasa bahagia. Rasanya seperti beban di dada hilang begitu saja. Mungkin karena rasanya dingin dan manis. Tapi cara ini memang praktis, karena mudah mencari es krim, bahkan di tengah malam sekalipun. Dan saya suka makan es krim di malam hari: rasanya enak banget, sungguh. Tapi saya lebih suka es krim vanila, karena rasanya lebih lembut.
3. Suka membersihkan rumah. Saya suka melakukan ini ketika sedang kacau, entah mengapa langsung ingin menyapu lantai rumah. Dan memang sangat efektif; rasanya lega saat melihat rumah bersih. Seperti beban hidup juga ikut terangkat saat membersihkan. Apalagi jika rumahmu sedang berantakan. Itulah sebabnya ketika saya pergi ke rumah teman dan melihat seperti kacau, langsung saja saya berkata, “ah, seolah-olah saya sedang sedih sekarang…”
4. Mandi. Bukan yang di bak mandi, atau menggunakan garam mandi, atau lilin aroma terapi, atau sambil didampingi Keniji. Tidak sampai sejauh itu. Cukup biasa saja, seperti mau pergi kerja atau kuliah. Tapi jangan sampai mandi sambil menangis di sudut kamar mandi. Hati-hati hipotermia. Hanya saja, bagi saya mandi biasa memiliki nilai filosofisnya, di mana penderitaan dianggap sebagai sesuatu yang wajar, yang kita lewati setiap hari, sehingga tidak perlu berlebihan dalam menanggapinya, cukup dengan menggosok menggunakan sabun, dan dibilas dengan air dari gayung. Belum lagi kesan segar setelah mandi, seolah-olah menjanjikan awal baru yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas. Tapi jika dipikir-pikir, semua solusi di atas memang tidak ada yang istimewa, seperti ingin menunjukkan pada masalah-masalah yang dihadapi bahwa kita baik-baik saja, tidak terpengaruh, sedih, atau sakit, tetaplah biasa seperti seharusnya.
Tulisan di atas lebih fokus pada cara pertama yang saya lakukan saat menghadapi depresi – yaitu merenung mengapa saya merasa gelisah – dan mungkin mencari solusi yang tepat. Namun, jika depresi sudah menjadi kronis (lebih dari beberapa minggu), biasanya saya menerima ajakan teman-teman untuk berkumpul atau pergi liburan sendirian. Saya tidak suka menonton film saat sedang depresi, karena bisa membuat penderitaan semakin bertambah, terutama jika filmnya bagus.