Bisnis pembayaran tempo
Setelah lulus kuliah, saya membantu ayah saya dalam bisnis penyedia cat dan perlengkapan untuk bengkel body repair dan toko cat. Ayah saya memiliki rekan pemilik pabrik besar di Malaysia, jadi kami mengimpor barang-barangnya dari sana.
Sebelum lulus kuliah saya sudah beberapa kali menjalankan bisnis, mulai dari bisnis rekaman musik hingga kuliner. tapi karena ayah saya mengaggap potensi bisnis ini besar, jadi saya ikut saja dengan beliau.
Salah satu masalah aneh dalam bisnis ini adalah pembayaran. Hampir semua pelanggan di bisnis cat mobil tidak mau membayar secara tunai, dan semua meminta pembayaran dalam tempo. Ini karena barang-barang yang diberikan memiliki nilai yang sangat besar, mulai dari jutaan hingga puluhan juta.
Setelah berjualan selama hampir dua tahun, saya merasa jualan dengan pembayaran tempo ini paling buruk dari semua bisnis yang pernah saya coba. karena mengurusi masalah penagihan pembayaran membutuhkan banyak waktu, energi, dan pemikiran. Selain itu, ada masalah internal dengan janji pelanggan yang tidak dipenuhi dan hilang yang meninggalkan banyak piutang. Karena itu, hampir tidak ada hari di mana perusahaan ini tidak merasa kesal. apalagi jika kita ditagih oleh supplier yang sama dan pelanggan yang jatuh tempo menunda pembayarannya.
Ditengah banyak kesulitan karena sulitnya penagihan dan cashflow yang minus, kita berusaha tetap bertahan karna ada karyawaan yg menggantungkan hidupnya dari usaha kami.
Tapi..
Ada satu kejadian yang membuat saya menyerah dan saya minta ke ayah saya untuk perusahaan ini ditutup saja. saya sudah tidak peduli dengan karyawan saat itu.
Pada malam akhir bulan, saya dan ayah harus lembur untuk menghitung penjualan bulan itu, yang mencapai 160 juta. Kemudian kami lapar dan ingin membeli nasi goreng, tetapi kami tidak memiliki uang. Uang di dompet kami kosong dan rekening perusahaan kami kurang dari 50 ribu, sehingga tidak dapat ditarik, sedangkan piutang dagang kami mencapai ratusan juta. Akhirnya kami pulang sambil lapar.
Karena kasus itu, saya percaya bahwa pembayaran tempo adalah kebodohan. Bagaimana bisa kita mampu membeli nasi goreng seharga 15 ribu? Apa bedanya dengan pengangguran?
Dan alhamdulillah, bisnis yang berlangsung selama dua tahun ini akhirnya berakhir. Kami menjual dua mobil untuk menalangi kerugian dan piutang yang belum terbayar.
Sekarang saya sudah punya bisnis lagi berbasis online dengan pembayaran 100% cash dan alhamdulillah tetap tumbuh walaupun pandemi. pembayaran saya ke supplier juga 100% cash. saya tidak mau bayar tempo, walaupun supplier sangat2 membolehkan, karna saya tidak mau supplier2 saya merasakan hal yg sama seperti saya dulu.