Mungkin banyak yang berpikir bahwa saya tidak layak untuk menjawab pertanyaan ini. Namun, saya ingin berbagi pengalaman investasi saya tanpa bermaksud untuk memamerkan diri. Perjalanan investasi saya tidaklah mudah, seperti yang terlihat dari gambar di atas.
Saya memulai investasi saat IHSG berada di kisaran 6600-6700. Selama kurang lebih 2 tahun, IHSG terus mengalami penurunan. Bahkan, pada titik terendahnya sekitar Maret 2020, IHSG mencapai angka di bawah 4000, atau turun sekitar 40% dari titik tertingginya.
Banyak orang pada umumnya akan panik dan menjual saham mereka, dan akhirnya mereka menjadi trauma untuk berinvestasi di pasar saham karena dianggap terlalu berisiko.
Beruntungnya saya adalah saya menemukan cara yang paling pas untuk saya. Apa itu? Saya menemukan bahwa pada saat kita membeli saham, kita harus tau 3 hal, yaitu :
- Mengapa kita membeli perusahaan tersebut?
- Mengapa kita membeli di harga tersebut?
- Apakah kita yakin dan percaya dalam jangka panjang saham perusahaan tersebut akan bertumbuh?
Dengan menjawab ketiga pertanyaan itu, risiko di pasar saham dalam jangka waktu panjang hampir tidak ada. Saya melakukan ini setiap kali membeli saham dan baru akan membeli ketika saya berhasil menjawab ketiga pertanyaan tersebut. Sederhana saja, saya hanya mengikuti cara yang digunakan oleh investor terbaik di dunia, yaitu Warren E. Buffet. Pendekatan yang dia gunakan adalah pendekatan fundamental atau yang lebih dikenal sebagai “Value Investing”.
Value investing mengajarkan kita untuk menghitung valuasi suatu perusahaan dan membelinya dengan harga diskon. Diskon di sini berarti kita membeli perusahaan di bawah harga wajarnya, lalu menunggu harganya naik kembali ke harga wajar dan menjualnya.
Dengan cara ini, saya tetap tenang meskipun pernah mengalami kerugian hampir 40%. Namun, karena saya sudah berhasil menjawab ketiga pertanyaan di atas, saya tetap yakin dan terus membeli saham tersebut dengan harga yang lebih rendah (rata-rata turun). Saya cukup puas dengan apa yang saya lakukan karena semua keputusan investasi saya sendiri, jadi meskipun akhirnya saya salah, saya masih bisa belajar dari kesalahan tersebut.