Jadi, apakah Anda memiliki pertanyaan?
Ini mengingatkan saya pada wawancara yang pernah saya jalani, yang berlangsung cukup lama, bahkan bisa dibilang sangat lama, dengan pewawancara yang sangat talkative.
Selama wawancara, 80% percakapan didominasi oleh dia sendiri. Saya sebenarnya tidak keberatan dengan hal ini—justru merasa senang bisa mendengarkan. Namun, yang membuat saya agak tidak nyaman adalah dialeknya.
Perlu diketahui bahwa wawancara menggunakan bahasa Inggris. Saya tidak masalah dengan itu, tetapi ketika pembicaranya bukan native speaker dan bukan juga orang lokal, ini sedikit membuat saya cemas. Apalagi dengan kecerewetannya yang mendominasi, dan kita semua tahu orang yang cerewet biasanya berbicara cepat.
Selama wawancara, kombinasi dialek dan kecerewetannya membuat apa yang disampaikannya menjadi agak sulit dipahami. Kalimat-kalimatnya terdengar seperti “berreberebererre…, okay so, bererberebere, and then, we wil berebrebrebe.” Terus-menerus sampai akhir wawancara.
Ketika dia selesai berbicara, muncul pertanyaan pamungkas itu:
“Jadi, apakah Anda punya pertanyaan?”
Saya, yang sudah mempersiapkan diri dengan membaca artikel tentang 10 Pertanyaan Andalan untuk bersinar di mata HRD, mulai melancarkan serangkaian pertanyaan.
Dengan penuh semangat, saya bertanya dengan harapan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat saya terlihat ‘bersinar’ di matanya.
Namun, takdir berkata lain. Setiap kali saya bertanya, jawabannya selalu diawali dengan “Well, seperti yang sudah kita diskusikan sebelumnya berberbebreber…” atau “Itu pertanyaan yang bagus, TAPI, seperti yang saya katakan sebelumnya…berbebrebbrbeebrebre…”
Mengapa demikian? Apakah jawaban saya terdistorsi lagi? Tidak. Bukan masalah distorsi atau dialek, tapi masalahnya adalah ketika hal yang saya tanyakan sudah dijelaskan oleh pewawancara di sela-sela wawancara! Rasa tatapannya seperti mengatakan, “Kamu tidak mendengarkan apa yang saya katakan tadi, ya?!”
Jadi, kesimpulannya adalah jangan ragu untuk menyela di akhir kalimat dan memparafrasekan apa yang sudah dikatakan lawan bicara. Konfirmasikan dengan pertanyaan sederhana yang mengarah pada YES/NO atau TRUE/FALSE di akhir parafrase Anda.
Contoh: “Saya mengerti bahwa x, y, z, jadi, pada dasarnya Anda mengatakan bahwa tugas saya adalah membuatkan Anda sandwich? YA/TIDAK.”
Setidaknya Anda bisa menangkap 80–100% dari apa yang sedang dibahas. Itu saja.
Setelah membaca ini, Anda mungkin akan memiliki sedikit gambaran tentang bagaimana seseorang yang terlihat tenang dan santai selama wawancara, meskipun merasa ada yang tidak beres, berpikir, “Ah, bodo amat, saya tidak mengerti apa yang dia katakan. Nanti akan ada kesempatan untuk bertanya, santai saja!”
Jangan jadi orang seperti itu.