Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu mempertimbangkan kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Apakah lebih penting memusatkan pemerintahan di tengah negara untuk meratakan pembangunan atau fokus pada penyebaran infrastruktur transportasi?
Jawaban tentu akan bervariasi tergantung pada perspektif masing-masing individu.
Namun, jika kita melihat alasan Presiden Jokowi memutuskan untuk membangun IKN, tujuannya adalah untuk memusatkan pemerintahan di tengah negara agar pembangunan dapat menjangkau Indonesia Timur. Setelah 79 tahun kemerdekaan, sebagian besar pembangunan masih terpusat di Jakarta, dengan fokus utama di Pulau Jawa dan Sumatera karena kedekatannya dengan Jakarta. Pulau-pulau lain kurang mendapat perhatian yang sama.
Presiden Jokowi merasa sudah saatnya fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur. Masalah baru muncul jika Jakarta tetap dijadikan ibu kota, seperti:
– Pembangunan tetap terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera karena kedekatannya.
– Biaya operasional, termasuk perjalanan dan perencanaan, akan membengkak jika fokus pada Indonesia Timur.
– Kebutuhan SDM yang besar akan meningkatkan biaya operasional.
Dengan mempertimbangkan masalah tersebut, Presiden Jokowi memilih untuk memindahkan ibu kota ke lokasi yang lebih strategis untuk menjangkau Indonesia Timur.
Sekarang, mengenai pembangunan LRT dan MRT di kota-kota besar selain Jakarta, proyek ini bertujuan mengurangi kemacetan. Meskipun sudah ada solusi seperti KRL dan Bus Transjakarta, kemacetan masih menjadi masalah, sehingga LRT dan MRT dicoba sebagai solusi baru.
Namun, pembangunan LRT dan MRT secara bisnis belum menguntungkan, karena operasionalnya masih memerlukan subsidi dari APBN. Bayangkan jika setiap LRT dan MRT harus disubsidi negara, berapa banyak dana yang diperlukan untuk menjaga operasionalnya di berbagai kota besar.
Dengan perhitungan tersebut, pembangunan infrastruktur transportasi seperti LRT dan MRT di seluruh kota besar mungkin tidak sepadan. Saya pribadi lebih setuju jika pemerintah menerapkan konsep seperti Bus Transjakarta atau Jaklingko yang bisa memanfaatkan jalan-jalan kecil di kota besar.