Kadang-kadang orang menganggap sesuatu itu logis setelah mendalaminya. Apakah harus demikian?
Inna KhalifahTeacher
Kadang-kadang orang menganggap sesuatu itu logis setelah mendalaminya. Apakah harus demikian?
Share
KETIKA KUDA PUTIH BUKANLAH KUDA
Kita sekarang berada di dalam dunia Retorika dan Logika yang sejenis dari filsafat model Sofis, Sokrates dan Zeno serta Parmenides…
Yaitu Filsafat School of Names and Forms, disebut demikian karena para Filosofer di dalamnya mampu membuktikan salah menjadi benar dan benar menjadi salah.
Alkisah, di Cina hiduplah seorang Filosofer yang menaiki kuda putih menuju suatu kota. Dia dihadang oleh penjaga gerbang kota bahwa untuk memasuki kota dilarang menggunakan kuda. Sang Filosofer kemudian mengatakan, “Kuda putih bukanlah kuda”. Alhasil, Sang Filosofer memasuki kota dengan kuda putihnya.
Ada tiga cara untuk membuktikan Ketika kuda putih bukanlah kuda.
Pertama, ketika anda membutuhkan kuda maka warna apapun dapat diberikan seperti kuda kuning dan kuda hitam. Namun, ketika anda membutuhkan kuda putih, maka kedua kuda baik kuning maupun hitam tidak bisa diberikan. Di sisi lain, kuda kuning dan kuda hitam tetaplah kuda, sehingga Kuda putih bukanlah kuda.
Kedua, kuda sebagai fisik dan putih sebagai warna. Sedangkan warna secara independen tidak merujuk kepada fisik. Maka dari itu, Kuda putih bukanlah kuda.
Ketiga, kuda tentulah memiliki warna sedangkan kuda tanpa warna hanyalah sebatas “kuda”. Maka tentu saja ada kuda yang berwarna putih. Namun mungkinkah bisa ditemukan kuda putih itu? Jika jawabannya tidak bisa karena putih adalah sama dengan tanpa warna maka, Kuda putih bukanlah kuda.
Jika anda mengatakan, “Mendekati tidak boleh namun melakukannya boleh.”
Nah, selamat! Anda telah menjadi Filosofer School of Names and Forms.
Kembali kepada pertanyaan: Kadang-kadang orang menganggap sesuatu itu logis setelah memahaminya, apakah harus demikian?
Jawabannya adalah ya, harus demikian.
Karena Logika adalah motode atau cara berpikir benar. Setiap orang terkadang lupa menggunakan metode atau cara dalam mencari suatu kebenaran. Setelah ingat dengan metode atau cara lalu seseorang memakainya maka berjalanlah proses dari metode atau cara itu. Proses ini anda menyebutnya sebagai mendalaminya.
Mendalaminya atau tidak itu juga tergantung pada kemampuan seseorang dalam menggunakan metode atau cara. Setiap orang berbeda-beda dalam menggunakan suatu metode atau cara. Seorang anak memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang dewasa meski menggunakan metode atau cara yang sama.
Mendalaminya juga tergantung pada serumit apa informasi atau argumentasi yang diterima seseorang. Ketika kuda putih bukanlah kuda adalah salah satu contohnya. Pasti anda menganggap logis setelah mendalaminya, bukan?
Sumber: