Karena seorang ekonom punya cara melihat dunia (paradigma) yang sangat unik. Mereka melihat dunia dengan lensa khusus yang tidak ada ajaran lain yang memakai.
Cara melihat dunia melalui kacamata seorang ekonom
Bagi saya, ekonomi bukanlah sebuah ilmu alam yang bisa dipakai untuk mencari penghasilan (walau banyak orang yang menyambungkan ekonomi dengan menebak nilai tukar uang (foreign exchange) atau suku bunga bank pusat (interest rate).
Bagi saya, ekonomi adalah sebuah aliran filosofi. Cara melihat dunia. Seperti Stoicism, Epicureanism, Virtue Ethics, Kantian universalism, Nietzsche’s nihilism dll.
Ekonomi, seperti psikologi, dianggap sebagai pseudo-ilmu. Mereka tampak seperti ilmu alam yang pasti, tetapi sebenarnya tidak. Mereka tampak objektif, tetapi sebenarnya sangat subjektif. Bab 21 menggambarkan ekonomi dengan cara yang sama seperti Bab 18 menggambarkan kedokteran. Terlalu banyak teori tanpa data dan kenyataan (kurangnya bukti empiris).
Di abab 18, dokter Eropa percaya bahwa penyakit bisa disembuhkan dengan membuang darah ‘kotor’ (bloodletting), itu sebabnya orang lebih sering mati kalau dibawa ke dokter.
Tapi walaupun begitu, pengertian dasar cara pikir ekonomi yang dominan (neo-liberal, Chicago school) seperti Russ Roberts (EconTalk), Dubner & Levitt (Freakonomics), atau Tim Harford (Undercover Economist) dan cara pikir ekonom yang un-orthodox seperti Steve Keen (Debunking Economics) atau Ha Joon Chang (23 things they don’t tell you about capitalism), bisa jadi hiburan yang lebih menarik daripada menonton sidang seorang polisi karena dia membunuh polisi lain (TV indonesia punya tendensi untuk “gloryfing the gruesome” dalam meliput ‘true crime’ – sampai bosan dengarnya di TV)
Belajar ekonomi sebagai sebuah aliran filosofi jauh lebih menarik daripada belajar ekonomi seperti sebuah science (ilmu alam/ ilmu pasti). Mulai dari Adam Smith, ke Friedrich Hayek, ke John Maynard Keynes, semua pendiri ajaran ekonomi punya kepercayaan sendiri sendiri dan ini bisa dilihat sampai sekarang. Eurozone lebih mendukung austerity economy (hemat) saat resesi, sementara amerika serikat lebih keynesian dan berpikir bisa keluar dari resesi dengan “mencetak uang dan dibuang dari helikopter” (Ben Bernancke).
Selain itu, kita dapat melihat alasan mengapa Jepang, meskipun pengeluaran yang ekspansif yang dilakukan oleh Keynesian selama dua puluh tahun terakhir, malah menghasilkan deflasi daripada inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini tidak masuk akal dalam teori dasar ekonomi jika kita tidak memahami masalah demografis Jepang, yaitu kekurangan pekerja muda.
Mengerti ajaran ekonomi yang tidak orthodox (tidak umum) seperti Ha Joon Chang mengajarkan kita bahwa bagi ekonomi berkembang, protectionism (melindungi ekonomi lokal dengan tarif dan pajak) telah digunakan negara seperti Korea Selatan, Jepang dll untuk maju setelah perang dunia ke 2; jadi kebalikannya ajaran IMF bahwa negara berkembang harus bersaing tanpa tarif supaya bisa kompetitif (sama seperti menyuruh anak TK bertinju dengan Mike Tyson supaya lebih jago bertinju).
Free market dogma vs reality
Steve Keen yang menjelaskan bahwa dogma seperti supply & demand curve yang kita semua belajar dari SMA sebenarnya kurang akurat.
Teori standard ekonomi – supply dan demand curve
Kenyataannya bisa seperti ini :
Karena banyak ekonom tidak memahami matematika tingkat tinggi, Steve Keen menjelaskan masalah ekonomi itu.
Di perumpamaan dia: “Ekonom neo-liberal melihat bahwa lapangan parkir mereka datar, dan menciptakan asumsi bahwa seluruh dunia itu datar.” Jadi karena ada rounding error (kesalahan pembulatan), menganggap micro ekonomi selalu rasional, maka makro ekonomi juga selalu rasional. Tapi kenyataanya tidak benar, karena manusia tidak selalu rasional, maka makro ekonomi tidak bisa selalu rasional.
Aliran yang paling menarik di sepuluh tahun terakhir adalah behavioural economics, sekolah ekonomi yang tidak mengganggap manusia seperti mahluk rasional (homo economicus), tapi sebagai mahluk yang kadang kadang tidak masuk akal tindakannya. Daniel Kahneman dan Dan Ariely menggabungkan 2 pseudo-science, ekonomi dan psikologi dan menciptakan monster frankenstein yang sangat menghibur (entertaining). Mereka tahu kalau manusia secara logika ingin hidup sehat, menabung dan punya uang pensiun; tapi kenyataannya mereka selalu makan coklat dan gorengan, belanja karena bosan dan stress, dan sering tidak bertindak sesuai apa yang direncanakan.
Behavioural economics mengajarkan bahwa manusia punya banyak bias dan menggunakan banyak heuristics (rule of thumb) yang bisa salah walau sering berguna.
TL;DR (terlalu panjang, tidak dibaca / kesimpulannya): Ekonomi adalah cara melihat dunia (paradigma) yang unik dan menarik untuk dipelajari, jadi tidak ada ruginya diikuti. Tapi ekonomi jangan terlalu dianggap serius, karena terlalu banyak ajaran yang tidak didukung kenyataan dan berlawanan satu sama lain. Jadi anggaplah seperti filosofi, walau banyak yang berbeda, semua punya daya tarik masing masing untuk dipelajari.