Ada banyak sekali literatur ilmiah yang membahas mengenai hal ini, tetapi saya rasa ketika Anda memutuskan bertanya disini alih-alih google, Anda tidak butuh dijelaskan dengan jawaban yang sangat ilmiah.

Konflik mengenai dr. Terawan dan IDI secara lengkap dan politik di dalamnya tentu saya tidak menguasai.

Tetapi dari gambaran sekilas adalah sebagai berikut:

1. Bahwa stroke yang disebabkan oleh plak pembuluh darah otak itu (disebut aterosklerosis) merupakan proses kejadian penyakit yang belum ditemukan obat apapun untuk membuatnya kembali normal dan bersih, menjadi analogi bahwa cuci otak yang dilakukan dr. Terawan itu bagai mencuci cat yang telah menempel pada dinding dengan air: tidak akan banyak manfaatnya, kalaupun ada hanya untuk bagian cat tertentu saja yang belum mengering dan hasil dari mencucinya tidak serta merta menghilangkan noda catnya, hanya mungkin merubah sifat dan warna cat. Logikanya, bila memang dengan metode ‘brainwash’ itu terbukti mengurangi plak aterosklerosis dan menurunkan insiden stroke, maka bukan hanya dr. Terawan yang akan menggunakannya, tapi lebih dahulu adalah dr. ahli saraf dan bedah saraf yang tentu lebih sesuai dengan kompetensinya.
2. Disebut-sebut metode terapi tersebut sudah diuji sebagai disertasi beliau, tetapi ketika ditelusuri, ditemukan banyak kejanggalan mengenai kesesuaian daftar pustaka dan isi penelitian. Juga disebutkan bahwa kelompok penelitian yang digunakan tidak menggunakan kelompok kontrol, hal ini menyulitkan validasi baik dari sebuah penelitian. Tidak adanya kelompok pembanding bisa membuat semua tampak bias sehingga ditakutkan terjadi ‘efek plasebo’. Efek plasebo artinya seseorang merasa membaik kondisinya hanya karena yakin ia telah diobati dengan baik. Nama lainnya adalah tersugesti. Artikel penelitian beliau ada di: Bali Medical Journal Published by DiscoverSys Inc