Dulu saya suka sekali mengamati jenis makanan orang Eropa khususnya orang Jerman yang mengatakan bahwa roti sudah seperti makanan pokok di sana. Tak hanya untuk sarapan, mereka bisa mengonsumsi roti tiga kali sehari dengan kombinasi berbeda.
Ada ratusan bahkan ribuan jenis roti di Jerman. Artinya namanya juga berbeda dan terdengar sangat asing bagi saya. Sebagai orang Indonesia, saya hanya ingin mengajak segala macam roti.
Kemudian saya menyadari faktanya.
Suatu kali saya sarapan bersama rekan saya (dia sudah cukup tua),Kami berbincang tentang Indonesia dan makanan di sana. Ia takjub saat mengetahui orang-orang Asia (khususnya Indonesia) makan nasi tiga kali sehari dengan berbagai lauk pauk.Akhirnya rekan saya memberi tahu saya bahwa pada awal krisis (mungkin pemulihan setelah perang dunia kedua) mereka hanya bisa makan roti. sarapan Kehidupan mereka sangat sulit dan mereka sering kelaparan. Sulit mendapatkan roti gandum hitam, kentang, apalagi nasi, saat itu teman-teman makan roti, tentu saja bukan daging. Terkadang mereka menambahkan selai buatan sendiri dari buah beri liar, tetapi seringkali mereka hanya makan roti.
Je dunkler das Brot, desto höher muss der Vollkornanteil sein: Die Farbe hat Einfluss darauf, wie hoch der Gesundheitswert eines Brotes eingestuft wird.
Ya, semakin gelap roti gandum, semakin sehat. Jadi Weißbrot, atau roti putih, hanya mengandung sedikit gandum (bahkan tidak ada gandum). Otomatis tidak membuat kenyang karena tidak sepadat roti, warnanya lebih gelap dan tentunya murah.
Khusus di Jerman, salah satu roti yang mereka sukai untuk sarapan adalah Brötchen. Ya, roti jenis ini rasanya netral. Ada juga yang bermacam-macam, ada yang lonjong dan pipih seperti gambar di atas, atau ada yang ditambah biji wijen dan biji lainnya, bulat, berbunga-bunga dan apa saja yang mau dimasukkan ke dalam pemanggang, cocok dengan selai buah atau nutella. Lebih sehat lagi jika ditambahkan irisan tomat, timun, keju, dan irisan daging sapi.
Nah, meskipun Brötchen ini berwarna putih, namun teksturnya lebih padat dibandingkan Toastbrot. Jadi kurasa itu membuatku merasa kenyang.
Toastbrot merupakan roti biasa yang sering dijual dan kita santap saat sarapan.Bagi orang Eropa, Toastbrot sebenarnya tidak identik dengan makanan orang miskin. Roti ini kurang populer karena kurang mengenyangkan untuk sarapan pagi. Harganya juga sangat terjangkau dan bisa digunakan berhari-hari. Mungkin itu membuatnya identik dengan kemiskinan?Brötchen selalu dibeli langsung dari oven, jadi dia masih punya sedikit dendam.
Sebenarnya latar belakang jawaban saya sangat bertele-tele dan panjang. Meskipun aku hanya ingin memberitahumu itu.
Bagaimanapun, karena kita selalu menganggap semua produk dan gaya hidup barat sebagai sesuatu yang mewah, bahkan makanan biasa pun menjadi sangat elegan di Indonesia.
Di Indonesia, sarapan dengan roti tawar atau roti ringan dengan selai atau taburan memberikan kesan sarapan orang kaya.
Dulu, saya selalu bangga pergi ke sekolah dengan membawa kotak bekal yang berisi dua gambar Spiderman. irisan roti dengan olesan Blueb*nd (selama ini kami menyebut semua merek margarin Blueb*nd) dan Ceres mese (kami juga menyebut semua produk madu Ceres).
Sebagian masyarakat Indonesia menganggap sarapan roti adalah sarapan yang mewah, mungkin pengaruh dari menonton sinetron dan iklan produk roti, margarin, dan kelontong yang selalu menghiasi layar kaca pada zaman dahulu. Sepertinya saya sangat terobsesi dengan adegan-adegan sinetron jaman dulu.
Sinetron-sinetron jaman dulu selalu menampilkan adegan anak-anak kaya yang bangun kesiangan dan bergegas ke sekolah. Oleh karena itu, ia tak sempat duduk di meja makan yang diukir dari kayu jati. Faktanya, ada dua potong roti dan susu putih, yang enak.
Anak itu hanya makan sepotong dan meninggalkan rotinya saja. Malah kenapa tidak dibawa ke dalam mobil saja ya? tapi tidak ada sup di dalam roti. Mungkin sisa rotinya akan disumbangkan ke anak-anak kaya di sinetron lain.
Inilah jawaban saya untuk pertanyaan itu. Hal ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya bahwa sarapan roti tidak terlalu populer dan mewah di Eropa, namun di Indonesia terkesan seperti makanan kelas barat. Meski makan roti irisan, namun isiannya juga sempurna dan isi rotinya juga cukup berbeda. Mereka juga suka menggunakan pemanggang roti atau toaster untuk menjaga roti tetap hangat.