Karena setiap penulis sejarah memiliki perspektifnya sendiri. Tidak ada sejarah yang bersifat tunggal atau mutlak. Setiap peristiwa yang kemudian dicatat sebagai sejarah bukanlah fakta tunggal, melainkan serangkaian pengalaman dan interpretasi yang berbeda. Penulis sejarah menceritakan peristiwa berdasarkan sudut pandang mereka, baik sebagai saksi langsung maupun pengamat. Misalnya, peristiwa 1998 di Indonesia akan diceritakan dengan cara yang berbeda-beda tergantung siapa yang menulisnya. Hal ini bukan soal benar atau salah, karena setiap versi sejarah mengandung elemen kebenaran dan kesalahan masing-masing.
Share