Pengalaman pertama kali mengalami gegar budaya di Jepang terjadi saat perkuliahan. Saya terbiasa meletakkan kedua tangan di atas meja saat mendengarkan dosen mengajar, yang ternyata dianggap tidak sopan di Jepang (mungkin khususnya di Gifu). Di Jepang, meletakkan tangan di atas meja, baik saat di kelas maupun di meja makan, dianggap sebagai sikap yang kurang ajar, sedangkan di Indonesia, terutama di Jawa, ini dianggap sebagai tanda kesopanan. Saya merasa kesulitan untuk mengubah kebiasaan ini, karena di Jepang, sikap sopan adalah dengan meletakkan tangan di bawah meja.
Gegar budaya kedua muncul ketika saya melihat banyak mahasiswa Jepang yang datang ke kelas dan tidur selama perkuliahan, sementara dosen membiarkan mereka begitu saja. Saya yang terbiasa menahan kantuk dan menguap berkali-kali selama kuliah, merasa kaget karena menguap dianggap tidak sopan di Jepang. Oleh karena itu, lebih baik bagi mahasiswa Jepang untuk tidur daripada menguap di depan umum.
Ketiga, menunjuk dengan jari telunjuk di Jepang dianggap sangat tidak sopan. Sementara di Indonesia, kita sering menggunakan jari telunjuk untuk menunjuk atau menjawab di kelas. Di Jepang, mereka biasanya menggunakan seluruh lima jari untuk menunjuk, dan menariknya, ketika saya mengajar anak-anak, mereka malah menggunakan jari tengah, yang di Amerika dianggap tidak sopan.
Ketiga pengalaman ini membuat saya sempat dianggap kurang sopan selama tahun pertama saya tinggal di Jepang.