Halo.
Maksud saya, waralaba game yang memang namanya Halo, waralaba FPS yang sempat jadi semacam game wajib ala Super Mario Bros tapi untuk konsol Xbox.
Tokoh utamanya, Master Chief, bahkan jadi semacam maskot untuk Xbox.
Master Chief dan atasannya di game pertama, Kapten Jacob Keyes
Karakter Cortana, AI yang kerap jadi partner Master Chief, juga namanya diadopsi jadi asisten virtual untuk OS Windows.
Game-game Halo enggak terlalu dikenal di Indonesia karena sebelumnya, untuk waktu yang lama, Halo secara eksklusif cuma ada di Xbox. Konsol-konsol Xbox sendiri enggak terlalu laku di Indonesia mengingat game-game di konsol PS2 waktu itu lebih beragam dan mudah dijangkau. Jangankan Indonesia, konsol Xbox sampai sekarang pun masih susah laku di pasaran Jepang—apalagi dengan fenomena ‘red ring of death’ yang sempat melanda Xbox 360 dulu.
Pas lingkaran ini kelihatan di tombol power Xbox 360, katanya konsolnya wassalam dan udah engga bisa diselamatin
Di sisi lain, bagi mereka yang tinggal di Amerika (dan mungkin Eropa), meski PS2 dan Nintendo GameCube memang jadi pilihan kalau sukanya petualangan dan RPG, kalau mau main tembak-tembakan seru bareng teman-teman dengan sistem layar pisah atau Internet yang lagi booming di masa itu, maka pilihannya cuma Xbox, dan game yang dimainin ya Halo.
Soalnya, game FPS yang jadi padanan Halo di masa itu memang enggak ada di konsol-konsol lain.
Saat keluarnya Halo pertama, orang yang ingin bermain game first-person shooter (FPS) lebih suka bermain di PC. Ini termasuk game seperti Doom, Quake, Unreal, Half-Life, dan kemudian Counter-Strike. Sementara game FPS di konsol biasanya memiliki port yang kecil dan tidak mendukung multiplayer. (Kecuali untuk GoldenEye 007 dan sekuel rohaninya, Perfect Dark, yang hanya tersedia untuk konsol Nintendo 64.)
Namun, game pertama dalam seri Halo, Halo: Combat Evolved, mengubah semua itu. Ini adalah game first-person shooter (FPS) yang menyenangkan untuk dimainkan dengan stik konsol. Grafisnya bagus, ceritanya menarik, dan gameplay multiplayer sangat menghibur. Anda pernah bertanya-tanya mengapa konsol Xbox tetap menjadi saingan PlayStation? Meskipun tidak termasuk game eksklusif—sampai peluncuran Xbox 360, Xbox One, dan sekarang Xbox Series S dan Xbox Series X? Sebagian dari alasan ya karena waralaba Halo.
Bagi genre FPS, Halo memberi inovasi berupa:
- Pembatasan jenis senjata (maksimum dua senjata sekaligus), sehingga pemain seringkali harus mempertimbangkan banyak hal saat beralih ke tempat baru
- Tombol granat khusus, jadi pemain tidak perlu mengganti senjatanya dengan “granat”
- Tombol ini dirancang untuk serangan jarak dekat, atau melee, sehingga pemain tidak perlu mengubah senjata mereka untuk senjata jarak dekat.
- Regenerasi “nyawa” (atau, lebih tepatnya, regenerasi perisai energi karena parameter nyawa berbeda dan unik, meskipun regenerasi nyawa benar-benar digunakan di Halo 2 dan Halo 3, meskipun sebenarnya bukan yang pertama menggunakannya, tetapi memang menjadi populer)
- Peralihan yang lancar antara infanteri dan kendaraan; di daerah-daerah di mana kita diminta untuk menggunakan kendaraan, kita sebenarnya bisa lewati dengan berjalan kaki.
- Adanya semacam sistem batu-gunting-kertas dalam hal persenjataan; dengan masing-masing senjata mempunyai tingkat keefektifan yang beda-beda terhadap musuh-musuh yang berbeda
- Fitur Forge untuk merancang peta-peta medan perang kita sendiri
Tampilan Halo: Reach, game yang menjadi prekuel seluruh seri dan menjadi yang terakhir dikembangkan Bungie sebelum mengopernya ke 343i.
Halo sekarang udah enggak setenar dulu. Soalnya, pengaruh yang dibawanya udah menyebar ke beragam FPS yang lain. Tapi, waralabanya sendiri masih hidup dan masih banyak yang main.
Enggak cuma di Xbox, sekarang kita juga bisa main Halo di PC lewat bundel Halo: The Master Chief Collection. Harganya di Steam sini Rp 170.000 tapi itu sudah mencakup enam(!) game, jadi secara konten worth it banget. Kita pun bisa mengatur apa-apa saja yang mau kita pasang sehingga instalasinya tidak memakan terlalu banyak tempat. (Masalahnya paling perlu bikin akun Windows sih, tapi itu masalah kecil.)
Selain itu, agak mirip kasus Star Wars, waralaba Halo punya extended universe yang beneran jadi. Deretan novel ini menambah detil banyak banget ke awal mula konflik antara UNSC dan Covenant sekaligus menambah banyak tokoh sampingan yang punya peran juga di gamenya.
Halo juga belum lama ini sempat dibikin seri TV-nya oleh Paramount. Tapi walau visualnya keren dan aksinya mantap, ceritanya lumayan aneh dan enggak nyambung dengan game dan material pendukungnya yang lain. Makanya, sempat banyak dikritik.