Kenapa Socrates tidak senang dengan sistem Demokrasi?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Socrates sempat menyamakan demokrasi dengan kapal. Socrates mempertanyakan apabila kita ingin berlayar dengan sebuah kapal, apakah kita sibuk memilih kepada siapa kita percayakan tugas untuk menjadi nahkoda kapal tersebut? Wajar apabila kita akan lebih percaya kepada orang yang ahli akibat berpengalaman sebagai nahkoda sebuah kapal ketimbang orang yang sama sekali awam soal mennahkodai kapal.
Lazimnya sebagai penumpang kapal, kita tidak sibuk menyelenggarakan pemilu untuk memilih nahkoda yang menahkodai kapal yang kita gunakan untuk berlayar. Lazimnya kita percayakan pemilihan sang nahkoda langsung kepada sang pemilik atau manajer kapal yang kita tumpangi.
Socrates juga memiliki pengalaman buruk dengan demokrasi. Pada tahun 399 SM Socrates diadili di Athena atas dakwaan menyesatkan generasi muda. Sebuah dewan juri terdiri dari 500 warga Athena diundang untuk memutuskan Sokrates bersalah atau tidak. Ternyata mayoritas menyatakan Sokrates bersalah dan dihukum mati dengan dipaksa minum racun. Sokrates memang selalu menguatirkan bahwa demokrasi yang lepas kendali bisa tergelincir menjadi demagogi yang berasal dari kata demos = rakyat dan agogos = dipimpin. Rakyat yang dipimpin secara demagogis berarti sama saja dengan dipimpin oleh seorang sesama rakyat yang tidak tahu cara memimpin secara tepat dan benar.
Socrates juga menganalogikan pemilu dalam sistem demokrasi diikuti oleh dua calon yang terdiri dari seorang dokter dan seorang penjual gula-gula. Si penjual gula-gula bisa dengan mudah menyesatkan masyarakat untuk memilih dirinya ketimbang sang dokter dengan melakukan kampanye hitam terhadap sang dokter.
Si penjual gula-gula bisa menyatakan sang dokter adalah seorang yang memberi pil-pil pahit yang tidak enak rasanya, sambil menutupi kenyataan bahwa pil-pil pahit itu bisa menyembuhkan penyakit. Dia juga menyarankan masyarakat makan gula-gula yang enak rasanya sambil menyembunyikan kenyataan bahwa gula-gula rawan membahayakan kesehatan dengan menimbulkan kerusakan gigi dan organ tubuh lain-lainnya.