- Lihat sekelilingmu, terutama tempat di mana kamu seharian menghabiskan waktu. Mereka adalah ‘calon pasar’ yang paling mudah buat kamu survey kemauannya.
- Dengan pertanyaan tentang memulai bisnis, saya anggap kamu udah punya modal. Sekarang bayangkan, dengan modal yang kamu punya, bisa atau nggak kira-kira untuk memenuhi “keinginan” calon pasar tadi.
- Start to action. Ide bagus kamu cuma bunga tidur kalau kamu nggak mulai jalan.
Sebagai contoh, saya pernah ngajar di sekolah negeri di ujung timur pulau Jawa. Di lingkungan saya kerja dulu, orangnya beragam, dengan jumlah yang produktif menuju sepuh lebih tinggi dari kawula muda.
Saya memulai produksi minuman herbal kunyit asam, beras kencur, dan bunga telang dalam ukuran 250 mililiter dengan modal kurang dari lima puluh ribu dolar. Saya membagikannya kepada orang-orang yang cukup “vokal” sebagai pengaruh di tempat kerja. gratis
Seminggu kemudian, sejumlah individu mulai berbicara secara pribadi dan meminta produk minuman herbal. Akhirnya, saya mulai menerima pesanan; ada yang lima puluh botol seminggu hingga lima puluh produk setiap hari di acara tertentu. Sampai saat ini, minuman herbal itu saya titipkan ke warung makan yang penuh dengan pelanggan di sekitar tempat tinggal. Saya menjualnya dengan harga dasar, dan toko membayar harga itu lebih dari keuntungan.
Saya sebisa mungkin memperhatikan umpan balik pelanggan. Di beberapa tempat, saya mendapat kritik bahwa rasanya terlalu asam atau terlalu manis; sebagai akibatnya, saya berusaha mengubah rasa yang diinginkan pelanggan saat membuat produk berikutnya.
Dengan modal yang saya keluarkan, laba yang saya peroleh hampir sama dengan modal yang saya keluarkan. Namun, menurut pendapat saya, berkarya selagi masih muda adalah wajib. Saya tidak bisa membeli paket skincare yang lengkap jika saya bergantung pada gaji saya.