Menurut saya, fokus pada diri sendiri adalah perjalanan batin yang mendalam. Ini bukan berarti menjadi orang egois yang hanya peduli pada urusan sendiri dan mengabaikan orang lain. Ada tiga hal yang membantu saya menemukan jalan menuju diri saya yang sejati:
1. **Menyepi** – Saya sekarang memahami mengapa banyak agama mengajarkan pentingnya menyepi. Ini bisa berupa tirakat, tahajjud, meditasi, atau semedi. Intinya, semua ini tentang menjaga jarak. Saya sering menyendiri bukan karena saya antisosial, tetapi untuk lebih fokus pada kondisi batin saya dan belajar menjaga jarak dari hal-hal yang tidak relevan. Saya menyadari betapa seringnya saya teralihkan oleh hal-hal tidak penting, seperti berita selebriti atau update status teman di WhatsApp. Hal-hal ini sering kali membuat pikiran saya menjadi penuh dan hati saya tidak tenang. Dengan menyepi, saya menemukan jarak yang dibutuhkan untuk menenangkan pikiran dan hati.
2. **Membersihkan diri** – Air sering dianggap sebagai media untuk membersihkan energi negatif. Tidak mengherankan jika beberapa agama menganjurkan wudu atau melukat. Untuk fokus pada diri sendiri, tubuh harus bersih dari debu, minyak, dan keringat. Saya merasa lebih rileks setelah mandi air hangat dan terkadang pergi ke spa untuk berendam. Saat mandi, saya berdoa agar air membersihkan luka dan kesedihan saya serta mengalirkan energi negatif keluar. Berdoa saat berwudu juga membantu membersihkan hati dan dosa-dosa saya.
3. **Mengosongkan diri** – Puasa, baik dari makanan maupun dari media sosial, membatasi asupan yang masuk ke dalam tubuh dan pikiran. Saya membatasi makanan, pembicaraan, perilaku, dan pemikiran untuk menghindari overthinking dan stres. Ketika berpuasa, panca indera menjadi lebih peka, dan hal-hal yang biasanya dianggap biasa menjadi lebih berarti. Mengurangi konsumsi media sosial juga mengurangi rasa kesepian dan kegelisahan.
Dengan menerapkan ketiga hal ini, saya merasakan perubahan signifikan dalam hidup saya. Meskipun saya bukan orang yang sangat spiritual atau ahli dalam agama, saya merasa lebih terhubung dengan diri saya dan mengikuti intuisi saya. Ritual seperti membuat bubur merah untuk memperingati weton saya, yang dilakukan oleh mbah saya, juga merupakan bentuk mencintai diri dan mengingat jati diri saya. Kini, hidup saya lebih banyak dipandu oleh suara hati dan intuisi. Terima kasih telah membaca pengalaman saya.