Istilah Hancur Minah populer digunakan pada tahun 90an. Ini berawal dari tragedi terowongan Mina pada 1990 di Mekkah. Terowongan ini merupakan jalan pintas bagi jamaah yang ingin melakukan ritual melempar jumroh.

Jumlah jama’ah yang melintasi terowongan tersebut diketahui melebihi kapasitas. Kondisi ini semakin parah karena blower dan kipas angin yang mati membuat terowongan menjadi pengap. Sehingga para jamaah yang sudah terlanjur masuk ke dalam berusaha untuk kembali keluar karena sesak nafas. Dan terjadilah kekacauan yang menyebabkan banyak orang berdesak-desakan, saling dorong, terjatuh dan terinjak-injak. Belum lagi para jamaah kebanyakan sudah berusia lanjut.

Menurut berita, jumlah korban terbanyak justru berasal dari Indonesia. Dari 1400an orang yang meninggal 600 diantaranya adalah orang Indonesia.

Suasana kekacauan yang terjadi di Mina akhirnya menjadi kata baru dalam bahasa pergaulan untuk menggambarkan sesuatu yang chaos, kacau, berantakan, carut marut seperti hancurnya terowongan Mina. Kemudian istilah ini dipopulerkan lagi ke dalam lagu Hancur Minah pada tahun 1992 oleh Al Dino.