“Sangat” sebagai dasar.
Filsafat sendiri berasal dari kata Philo dan Sophia, yang berarti “Cinta Kebijaksanaan”, dan akan mengarahkan Anda untuk menguji setiap kebenaran. Setiap kebenaran akan dihadapkan pada pertanyaan untuk menentukan apakah kebenaran itu layak diterima. Oleh karena itu, konservatif akan menentang filsafat.
Filsafat, sayangnya, akan membuatmu gelisah. Bagaimana dengan itu? Setelah menjawab setiap pertanyaan, pikiran kita akan beralih ke pertanyaan lebih lanjut. Konsep pertanyaannya tidak berubah, 5W1H. Pikiran kita terus bertanya dan mencari jawaban. Itu menggelikan, bukan? Oleh karena itu, kita dapat mengaitkannya dengan istilah bahwa:
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.”
Sisi baiknya, hal inilah yang membuat peradaban manusia, sebagai pemilik akal, semakin maju. Saya pernah membaca dalam satu kitab isinya kira-kira begini.
“Pertanyaan yang baik adalah separuh ilmu.”
Berkaca pada sejarah, kita tahu peradaban Yunani berkembang dengan adanya para pemikir seperti Aristoteles, Plato, Socrates, Zeno, dll.
Peradaban Islam berkembang dengan adanya para pemikir seperti Imam Al-Ghazali, Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dll.
Namun, bersiaplah jika suatu saat orang yang berfilsafat mendapat pertentangan dari kalangan yang menganggap kebenaran telah final. Seorang pemikir seperti Galileo yang pernyataannya bertentangan dengan gereja, diasingkan dan mendapat hukuman penjara. Giordano Bruno dibakar hidup-hidup. Socrates dipaksa bunuh diri dengan meminum racun karena pemikirannya yang bertentangan dengan mayoritas orang. Padahal, kalau kita mengikuti perjalanan pemikiran mereka, kebenaran terbukti seiring perjalanan waktu.
Kalau ditanya apakah ilmu filsafat berguna bagi kita, jawabannya “Sangat berguna”.
Namun, dengan segala sisi baik dan buruknya, bagi orang yang telah memulainya lantas berhenti berfikir dan berhenti mencari kebenaran di tengah jalan, filsafat menjadi:
“SANGAT TIDAK BERGUNA”