Pertanyaan mengenai apa yang terjadi jika seseorang salah dalam menyembah Tuhan menarik karena tergantung pada interpretasi kata “salah.”
Jika “salah” berarti memilih Tuhan yang tidak tepat, maka ini mengindikasikan adanya banyak Tuhan. Dalam hal ini, setiap individu menyembah Tuhan yang memiliki sifat dan kekuasaan yang berbeda, dan oleh karena itu tidak ada yang benar-benar salah dalam penyembahan mereka. Persepsi bahwa penyembahan Tuhan yang berbeda adalah kesalahan sering kali berasal dari sikap sempit dan ketidaktahuan pribadi.
Dalam konteks monoteisme, jika “salah” merujuk pada kesalahan dalam menyebut nama Tuhan, maka hal tersebut juga bisa dianggap sempit. Nama Tuhan mungkin berbeda, tetapi esensi, sifat, dan kekuasaan-Nya tetap sama. Tuhan tetap memberikan rahmat dan kasih-Nya tanpa memandang sebutan nama yang digunakan.
Jika “salah” diartikan sebagai cara penyembahan yang tidak benar, maka pertanyaannya adalah: cara penyembahan mana yang benar? Sejarah menunjukkan bahwa terdapat ribuan ritual dan praktik penyembahan di seluruh dunia. Tidak ada satu cara pun yang secara universal diterima sebagai yang paling benar. Semua agama memiliki praktik penyembahan yang berbeda, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Tuhan marah pada cara tertentu.
Kesimpulannya, tidak ada manusia yang benar-benar salah dalam menyembah Tuhan, baik dari segi sosok Tuhan maupun caranya. Anggapan adanya kesalahan dalam penyembahan sering kali dipengaruhi oleh pandangan sempit dan tradisi yang dipegang seseorang.