Mungkin agak ironi karena saya suka banget bikin macam macam pastry dan cake. Tapi jujur, makanan ini rasa manisnya gabisa saya tolerir lagiii. Yup, Macaron.
Waktu saya masih sekolah dan sedang magang di sebuah Hotel di Jakarta, senior saya mengajak saya untuk membuat Macaron ini. Saya sih ayo ayo aja, toh waktu itu lagi booming banget makanan ini. Semua teman saya sudah nyicipin si manis ini, dan mereka semua bilang kalau Macaron ini rasanya enak banget. Jadilah saya makin semangat buat bikin Macaron ini, lumayan kan nanti jadi bisa nyobain Macaron gratiss 😂
Dengan semangat yang menggebu, saya dan dua senior saya membuat Macaron. Saya pikir cara membuatnya sulit dan bahannya mahal. Akhirnya saya membuat Macaron pertama saya setelah berperang cukup lama. Saya merasa sangat senang, bentuknya bagus, dan senior saya bilang Macaron yang saya buat sangat bagus untuk seorang pemula, jadi saya mulai berpikir tentang penilaian magang saya yang ideal 😂
Segera setelah mencicipi, ekspektasi saya tentang rasa manis ini hancur karena rasa manis yang tidak wajar saat masuk ke mulut. Saya minum air dua gelas sekaligus, dan muka saya otomatis membuat ekspresi tak karuan.
Senior saya mengherankan karena mereka percaya itu seperti itu. Saya sangat terkejut karena Macaron yang saya impikan hampir membunuh saya.
Masih tak percaya kalau rasa Macaron memang sekejam itu, akhirnya dengan uang saku yang baru diberikan nenek, saya pun pergi ke sebuah toko kue yang cukup besar di kota saya dan membeli 2 Macaron. Dengan eksoektasi baru, saya mencoba Macaron itu dan yaa.. rasanya sama, malah Macaron ini jauh lebih kejam dari buatan saya.
Mulai saat itu, entah kenapa saya jadi lebih sensitif dengan rasa manis. Sepertinya Macaron sudah melakukan sesuatu terhadap lidah saya 🙂