Apa pendapatmu tentang buku karya Eka Kurniawan yang berjudul Cantik itu Luka?
Fadhlan BintangProfessional
Apa pendapatmu tentang buku karya Eka Kurniawan yang berjudul Cantik itu Luka?
Share
Pertama kali membaca buku “Cantik Itu luka” karya Eka Kurniawan membuat saya kaget. Bagaimana buku itu bisa laris dipasaran.
Saya tertarik membaca buku itu karena seorang teman merekomendasikan kepada saya untuk membacanya.. Pada bab awal bacaan membuat saya kaget, bagaimana mungkin buku best seller namun terdapat banyak kata-kata yang menurut saya tidak pantas di dengar.
Saya juga heran kepada respon pembaca yang diikut sertakan dalam buku tersebut, ada diantara mereka yang seingat saya memberikan sebuah komentar bahwa buku tersebut memiliki nilai seni yang tinggi. Itu sungguh membuat saya kaget, saya bertanya-tanya dimana letak seninya. Bukankah seni selalu indetik dengan keindahan. Apakah karena dibuku itu disebutkan bahwa dewi ayu dan anak-anaknya adalah perempuan yang sangat cantik. Entalah saya bingung, mungkin karena saya bukanlah anak seni yang bisa menemukan keindahan dalam buku tersebut.
Itu adalah buku dengan bacaan vulgar yg pertama kali saya baca. Selama ini saya lebih suka membaca buku karya Tere liye yang didalamnya selalu terselip makna kehidupan. Saya merasa tidak nyaman membaca buku tersebut namun saya paksa untuk membacanya hingga selesai, barangkali saya dapat menemukan makna di dalamnya.
Ada sebuah kutipan yang membuat saya tidak terima sebagai seorang wanita, ini adalah salah satu kutipan yang ada di buku tersebut;
“Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada,” katanya. (hal. 127)
Bagi saya wanita itu berharga, mereka bukan pelacur. Wanita itu hebat, mereka bisa melahirkan, menyusui dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Wanita adalah sumber kehidupan. Bagaimana bisa mereka dikatakan pelacur.
Tulisan ini bukan untuk menjatuhkan siapapun, ini hanyalah pendapat saya pribadi. Mengapa saya tidak suka buku tersebut?. Mungkin karena dibuku tersebut terlalu banyak kata-kata yg tidak baik didengar. Karena saya pribadi adalah orang yg sangat tidak suka mendengar perkataan kotor dan kasar.
Mungkin ada yang bisa memberi saya pandangan lain?. Maka saya akan menilai buku tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Karena sejauh ini saya masih terusik dengan kalimat-kalimat vulgar yang ada di buku tersebut.