Saya Menyesal Sudah Menikah…
Beberapa malam terakhir, saya sering terbangun di tengah malam dan sulit untuk kembali tidur. Pikiran saya penuh dan saya terus-menerus overthinking. Malam ini, saya menangis, bertanya-tanya kenapa saya harus menanggung semuanya sendirian.
Saya adalah seorang ibu muda berusia 28 tahun dengan seorang anak berusia 18 bulan. Saya bekerja sebagai guru.
Seperti yang saya katakan, saya menyesal menikah, tapi tidak menyesal punya anak. Anak saya adalah alasan utama saya bertahan dan merasa bahagia di rumah.
Saya tumbuh di keluarga yang sederhana. Ibu saya bekerja sepanjang hidupnya, sementara ayah saya menganggur, hanya makan, tidur, dan merokok. Jujur saja, saya selalu takut menikah karena melihat kehidupan ibu saya. Namun, setelah berpacaran selama tiga tahun, saya akhirnya menikah pada tahun 2020. Sejak awal, saya sudah menekankan kepada suami bahwa saya tidak ingin hidup seperti ibu saya, yang menanggung semua beban keluarga sendirian. Suami selalu meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi.
Namun, pada bulan Oktober, suami saya terkena PHK dari pekerjaannya sebagai desainer grafis di sebuah konsultan pemerintah. Kami berdua sangat sedih saat itu. Suami akhirnya memutuskan untuk berjualan dimsum secara online di rumah, menggunakan gaji terakhirnya sebagai modal usaha. Di awal, usahanya berjalan cukup baik, terutama karena banyak kerabat dan teman yang membeli. Namun, setelah sebulan, penjualan mulai sepi, dan suami tampak kehilangan semangat, tidak berusaha untuk mencari cara agar usahanya bisa kembali ramai.
Sudah tiga bulan ini, saya menanggung semua sendiri—membayar cicilan rumah, gaji pembantu, listrik, kebutuhan anak, dan makan. Meski gaji saya cukup, tapi sangat pas-pasan. Saya bahkan harus membawa bekal ke sekolah, mengurangi belanja, dan menghindari jalan-jalan ke mal.
Saya tidak meminta suami untuk memberi uang banyak, saya hanya ingin dia menepati janjinya, bahwa saya tidak akan harus menanggung semua beban ini sendirian. Rasanya sakit hati saat pulang kerja dan melihat dia hanya bermain PS atau tiduran. Memang, dia sudah mencoba melamar pekerjaan dan beberapa kali menjalani wawancara, tapi selalu gagal.
Saya hanya ingin dia melakukan sesuatu—entah itu berjualan dimsum di luar rumah atau bekerja sebagai ojek online. Saya tidak menuntut uang yang besar, tapi saya ingin dia berusaha sebagai kepala keluarga.
Kadang-kadang, di malam hari, saya menangis dan menyesal karena dulu tidak menikmati hidup lebih dulu. Namun, saya bersyukur punya anak, meski takut tidak bisa memberikan yang terbaik untuknya.
Untuk semua perempuan yang belum menikah, nikmatilah hidupmu! Belilah hal-hal yang kamu suka, makan enak, jalan-jalan untuk dirimu sendiri! Setelah menikah, fokusmu akan tertuju pada anak dan keluarga.
Mohon doakan agar suami saya segera mendapatkan pekerjaan atau agar saya diberi kesabaran lebih. Amin.
Edit: SUAMI SAYA AKHIRNYA DAPAT KERJA!
Terima kasih untuk semua doa dan motivasinya! 😊😊
Sebelumnya, saya meminta suami untuk membayar biaya pembantu, dan meskipun saat itu belum bekerja, dia berjanji akan menanggungnya. Setelah itu, beberapa pekerjaan freelance mulai berdatangan, alhamdulillah. Sekarang, suami sedang bekerja menangani sebuah event. Meski gajinya belum sebesar dulu, dia tetap bersedia bekerja lembur dan memenuhi tanggung jawabnya.