aradoks Olbers, atau paradoks langit malam, mengajukan pertanyaan mengapa langit malam tampak gelap jika alam semesta tidak terbatas dan homogen, serta jumlah bintang yang ada tidak terhingga. Paradoks ini pertama kali dikemukakan oleh astronom Jerman Heinrich Olbers pada tahun 1823.
Paradoks ini berakar pada gagasan bahwa jika alam semesta memiliki jumlah bintang yang tidak terbatas, maka langit malam seharusnya tidak gelap. Sebab, dengan bintang-bintang yang tersebar merata di seluruh ruang, setiap arah pandang dari Bumi seharusnya akan menembus bintang dan membawa cahaya mereka kepada kita, sehingga langit seharusnya terlihat secerah siang hari.
Beberapa penjelasan yang telah diajukan untuk menyelesaikan paradoks ini termasuk:
- Penyerapan Cahaya oleh Debu Antar Bintang: Debu antarbintang dapat menyerap cahaya dari bintang-bintang jauh, sehingga cahaya tersebut tidak mencapai Bumi.
- Batas Waktu Alam Semesta: Alam semesta tidak cukup tua untuk cahaya dari semua bintang yang ada untuk mencapai Bumi.
- Radiasi Latar Belakang Gelombang Mikro Kosmis: Setelah awal mula alam semesta, suhu alam semesta setara dengan suhu Matahari, dan langit seharusnya terang. Namun, karena perluasan alam semesta, cahaya bintang mengalami pergeseran merah dan menjadi radiasi gelombang mikro, menjelaskan mengapa langit malam kini terlihat gelap.
Catatan Kaki
[1] Paradoks Olbers – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas