Aku menikah dengan suamiku saat berusia 17 tahun, dan pada tahun 2023, kami sudah menjalani 12 tahun pernikahan. Kami dikaruniai seorang anak perempuan yang usianya hampir sama dengan usia pernikahan kami. Sejak awal, kehidupan pernikahan kami tidak selalu berjalan mulus, terutama karena hubungan kami tidak direstui oleh orang tua. Beruntung, orang tuaku masih mau menerima dan menampung kami. Ayahku bahkan memberikan suamiku pekerjaan.
Pada tahun ketiga pernikahan, suamiku ketahuan selingkuh, hingga harus membuat surat perjanjian dengan kepala desa bahwa ia akan menikahi perempuan tersebut karena ketahuan. Meski begitu, aku masih memaafkannya. Setelah itu, suamiku terus berselingkuh hampir setiap tahun. Mulai dari main ke kosan wanita lain, berselingkuh dengan tetangga, hingga menjalin hubungan dengan seorang janda beranak satu. Entah kenapa, aku masih tetap memaafkannya, meskipun teman-temanku bilang aku terlalu bucin.
Puncaknya pada tahun 2023, dia nekat menikah siri dengan seorang pemandu lagu yang sudah punya empat anak dan berusia 40 tahun. Lagi-lagi, aku tetap memaafkannya. Setelah satu tahun, dia menipuku dengan mengatakan sudah berpisah dengan pemandu lagu itu, padahal mereka masih bersama. Akhirnya, aku menceraikannya di awal tahun 2024, itupun setelah dia memohon untuk diceraikan pada Oktober 2023.
Aku tidak menyangka bisa sebodoh ini, bertahan di pernikahan yang begitu toxic dengan alasan yang sepertinya hanya aku buat-buat sendiri, termasuk demi anak. Aku tidak tahu pola asuh seperti apa atau trauma apa yang membuatku bertahan selama ini. Aku baru sadar, ternyata aku telah membiarkan diriku terjebak dalam situasi yang menyakitkan.