Di sebuah klinik dekat rumah saya, kejadian ini terjadi.
Pertengahan Oktober 2019, aku merasa telat haid dan pergi ke klinik untuk mengetahuinya karena hasil tes pack menunjukkan garis 2.
Saya menunggu di ruang tunggu klinik setelah melakukan pendaftaran. Ga berapa lama kemudian, saya dipanggil ke ruang periksa. Saya diminta untuk duduk dan menanyakan keluhan oleh seorang wanita. Aku menjawab dan menguraikan kronologi tentang hipotesis kehamilanku.
Beliau memeriksa TD, BB, dan menanyakan HPHT, dan kemudian menyimpulkan bahwa saya hamil enam minggu. Namun, untuk memastikan, dia menyarankan agar saya menjalani USG ke RS. Setelah itu, dia memberikan kartu kontrol dan resep untuk obat-obatan, dan dia juga menyarankan untuk kontrol setiap bulan.
“ini ga diperiksa yang lain atau gimana gitu apa buat bener2 memastikan? tenaga kesehatannya juga ga memperkenalkan diri beliau siapa namanya, bidan apa dokter” pikirku.
Setelahnya aku periksa dan USG ke RS. Benar, aku hamil, namun baru terlihat kantong kehamilannya, dan dokter menyarankan untuk bulan depan USG kembali.
Bulan November 2019 aku USG kembali di RS, mulai terlihat bentuk janin kata dokter, meskipun aku ga paham juga, hehe. Dokter menyarankan untuk USG minimal 4 kali selama kehamilan untuk tau perkembangan janin, dan apabila tidak ada keluhan tidak perlu sering-sering USG.
Beberapa hari setelah USG, aku batuk dan demam, jadi aku memutuskan untuk ke klinik. Seperti biasa, aku melakukan pendaftaran dan menunggu. Setelah dipanggil untuk masuk ruang periksa, wanita yang dulu juga memeriksaku menanyakan keluhanku sambil cek TD, dan kuceritakan kondisi kehamilan, hasil USG, dan batuk-demamku. Beliau memberi resep obat dan menyarankan untuk bulan depan kembali cek kondisi di tepat tanggal yang sama.
Di bulan Desember sesuai saran, aku kembali ke klinik, berniat untuk cek kondisi batuk-demam, juga kehamilan. Setelah pendaftaran-menunggu-masuk ruang periksa, bukan wanita yang sama, melainkan orang lain. Seperti biasa, tenaga kesehatan tersebut cek fisik dan tanya keluhan. Kujawab bahwa untuk saat ini aku gaada keluhan, datang karena disarankan untuk kembali cek kondisi.
Kemudian beliau teriak “ini gaada keluhan ngapain lo suruh balik sih?” di depanku. Ternyata beliau meneriaki temannya -wanita yang dulu cek kehamilan dan kondisiku- yang ternyata ada di belakang ruangan sedang makan nasi padang. Si teman ini menjawab “udah cek aja”. Dijawab dengan teriakan kembali oleh wanita di depanku “ya tapi kalo gaada keluhan ngapain lo suruh balik, apanya yang mau di cek”.
Aku yang mulai kesal ikut menjawab “ya saya gatau, kan ibu itu yang nyuruh saya balik buat cek kondisi. harusnya kalian sebagai tenaga kesehatan kan menjelaskan, kok lempar2an”.
Wanita di depanku kembali teriak ke temannya “lo sini deh”. Kemudian wanita yang makan nasi padang itu datang sambil masih bawa piring bilang “ohhh hamil ya? yaudah si lo cek dulu”.
“ohhh hamil ya”. lha kan udah tak jelasin dari awal sih lah!
Rasanya semakin gedek denger lempar-lemparan gitu, aku langsung sewot jawab “gausah! saya udah ga berminat cek disini! terima kasih” sambil keluar ruangan.
Wanita yang dari tadi teriak-teriakan malah bilang “lho ngapain malah sewot”.
ngapain malah sewot ndasmu!
Keluar ruangan ku langsung bilang ke suami buat cari klinik, bidan, atau dokter lain, gabakal aku injek kaki di klinik itu lagi.
Dan ya, itu terakhir kalinya aku datang ke klinik itu.