1. Sebaiknya kita menunggu sampai kita mapan sebelum menikah, baik itu pria maupun wanita. Lebih baik kita fokus untuk memperbaiki diri terlebih dahulu. Bangunlah kestabilan finansial yang matang. Pastikan kita siap secara fisik, mental, dan finansial.
2. Selesaikanlah urusanmu sendiri terlebih dahulu. Hal ini akan mencegah adanya luka batin atau trauma yang dapat kamu curahkan pada pasanganmu di masa depan.
3. Menikahlah saat kamu benar-benar siap. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan.
4. Sebenarnya, faktor yang paling penting adalah kestabilan finansial. Minimalnya, kamu harus mampu menjamin keuanganmu sendiri hingga 30 tahun ke depan sebelum memutuskan untuk menikah. Jika kedua pasangan memiliki keadaan finansial yang mapan seperti itu, maka rantai kemiskinan dapat terputus. Ingatlah, memutuskan rantai kemiskinan adalah tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab anak-anak kita. Jadi, jangan menganggap anak sebagai investasi masa depan. “Banyak anak banyak rezeki” adalah pemikiran yang tidak benar dan hanya dimiliki oleh orang-orang miskin. Mari kita memiliki rasa malu yang cukup, jangan hanya berpikir tentang menikah dan memiliki anak. Jika tidak mampu membiayai anak, jangan menyalahkan pemerintah. Jika pola pikir seperti ini tidak diubah, maka negara ini tidak akan maju. Tolonglah, memiliki rasa malu yang cukup, jangan sombong. Ini bukan berarti saya melarang orang miskin untuk menikah. Jika kamu sangat ingin menikah, silakan menikah, tetapi jangan langsung memiliki anak. Perbaikilah dulu kehidupanmu, baru kemudian pikirkan tentang keturunan. Ayo, sedikit lebih cerdas, jangan seperti binatang yang hanya berpikir tentang perkawinan.