Saya tidak suka 10 tahun masa kepemimpinan mantan Walikota Dada Rosada yang sangat negatif, membuat banyak kerusakan permanen pada kota kelahiran saya. Kalau mesti menyebutkan satu persatu masalah Kota Bandung, saya bisa menyimpulkan bahwa pemerintahan Dada Rosada memiliki andil besar dalam memulai atau memperparah masalah-masalah tersebut.

Saya adalah orang Bandung yang tinggal di Kota Bandung sejak lahir. Saya merasakan sendiri semua carut-marutnya kebijakan Pemkot dalam 3 era pasca otonomi daerah: era Dada Rosada, era Ridwan Kamil, dan era Oded M. Danial. Dari ketiga walikota ini, saya merasa Bandung paling mendekati definisi kota dystopian saat era Dada Rosada (2003–2013). Mungkin hampir nyerempet Gotham City-nya Medan. Dan saya melihat, banyak sekali permasalahan yang diakibatkan korupnya pemerintahan walikota ini belum terselesaikan hingga saat ini (2021).

Mantan Walikota Bandung Dada Rosada (2003–2013). Sumber: ANTARA FOTO

Seingat saya kondisi Kota Bandung saat itu sangat parah:

• Jalanan rusak di mana-mana dan dibetulkan dengan asal, setahun sekali umumnya menjelang musim hujan. Dan ini tidak hanya di jalan-jalan pinggiran kota, bahkan jalan arteri dan protokol juga banyak yang rusak.
• Lampu jalan gelap dan jarang. Pemeliharaan lampu jalan sangat lambat, padahal lampu yang gelap/mati/rusak sangat banyak.
• Karena lampu jalan yang gelap, geng motor mencapai masa jayanya di akhir masa pemerintahan Dada Rosada. Saya ingat tahun 2012 lalu saat pulang dari kampus, melihat geng motor berkonvoi besar-besaran di Jl. Dago.
• Taman-taman kota tertutup dan dipagari tinggi. Niatnya baik yaitu untuk menjaga tanaman agar bebas dari tangan jahil, tapi malah jadi sarang esek-esek dan tempat mangkal bencong/psk/anak jalanan ngelem. Saya tidak 100% menyalahkan pemkot saat itu, karena taman kota tertutup adalah warisan zaman Orba yang tidak menyukai ruang terbuka publik. Yang saya sayangkan adalah tidak adanya solusi baru untuk masalah ini dari pemkot saat itu, meskipun sudah lepas dari era Orba dan sangat mudah mendapat konsultasi dari komunitas akademik di Bandung.
• Di era Dada Rosada mulai dibangun halte-halte bus Trans Metro Bandung, tapi semuanya terkesan hanya menjadi objek proyekan saja. Yang dibuat hanya bangunan, tapi sistem dari Trans Metro Bandung itu sendiri nihil alias tidak ada. Tidak ada sosialisasi ke masyarakat, tidak ada pembinaan dan perutean ulang rute angkot, tidak ada integrasi rute TMB ke sistem transportasi eksisting. Malah akhirnya membuat halte-halte “candi” yang tidak berfungsi hingga detik ini.

Halte TMB yang sekarang terbengkalai dan menjadi “candi”. Padahal TMB ini memiliki potensi untuk jadi seperti Trans Jogja atau Trans Semarang. Sumber: Ayobandung/Al-Faritsi

• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung disahkan tahun 2011 saat masa pemerintahan Dada Rosada, tapi justru pemkot di masa ialah yang paling sering melanggar tata ruang. Umumnya bangunan-bangunan yang bermunculan di Kawasan Bandung Utara (mestinya tidak boleh ada bangunan tinggi) mulai dibangun pada masanya.

Apartemen “The Maj” yang IMB nya terbit di akhir pemerintahan Dada Rosada. Bagaimana izin untuk bangunan tinggi seperti ini bisa diterbitkan pada Kawasan Bandung Utara (KBU) yang persyaratan pembangunannya sangat ketat, hanya Tuhan yang tahu. Sumber: skyscrapercity.com

• Karena pemerintahannya saat itu sangat korup dan laissez-faire, memungkinkan konversi besar-besaran perumahan zaman Belanda di Jl. Riau/Martadinata menjadi kafe dan factory outlet. Saya bersekolah di Taruna Bakti, jadi saya melihat dengan jelas dari tahun ke tahun bagaimana perubahannya.
• Ketidakpedulian pada aset cagar budaya. Saya masih ingat Kolam Renang Cihampelas, kolam renang bersejarah yang akhirnya dihancurkan dan dibangun apartemen Jarrdin. Saya juga tahu sendiri bagaimana pemerintah kota saat itu “menyunat” daftar bangunan cagar budaya yang dilindungi jadi hanya 99 bangunan saja, padahal aslinya ada ribuan.

Kolam Renang Cihampelas pada masa jayanya. Sumber: gusper.weebly

Ketika Kang Emil naik ke kursi Bandung-1, beberapa masalah ini mulai terselesaikan (jalanan rusak, PJU rusak/gelap, taman kota tertutup, cagar budaya), tapi malah justru muncul masalah-masalah baru. Tentu tidak se dystopian era Dada Rosada, yang kemudian ditangkap KPK karena kasus korupsi bansos dan terlibat dalam skandal pencucian uang ruang terbuka hijau (RTH):

KPK Tahan Wali Kota Bandung Dada Rosada

Selasa ini, Dada Rosada dan Edi Siswadi Jadi Saksi Sidang RTH Kota Bandung – El Jabar

(+) Kalau ingin lanjut membaca tentang masa pemerintahan Ridwan Kamil semasa jadi walikota Bandung (2013–2018), bisa membaca jawaban saya selanjutnya:

Jawaban Naufal Hadyan untuk Bagaimana kinerja Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung?

Catatan Kaki

[1] Jalan Rusak, Warga Bandung Gugat Pemerintah Kota
[2] Penerangan Jalan di Dago Rusak, Penanggungjawabnya Tidak Jelas
[3] Anggota Geng Motor Bacok 3 Remaja di Bandung : Okezone News
[4] Ini Alasan Lahan di Kawasan Bandung Utara Diperlakukan Spesial – PRFM News
[5] Kolam tua jejak sejarah Jalan Cihampelas itu sudah sirna | merdeka.com