Kemungkinan konflik Rusia-Ukraina melibatkan negara-negara lain bisa saja terjadi jika kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Barat/NATO Beraksi Lebih Aktif
Jika NATO atau negara-negara Barat mulai aktif memberikan dukungan militer kepada Ukraina, seperti pengiriman logistik atau pasukan bayaran dari Balkan atau kamp-kamp faksi di Timur Tengah. Dalam situasi krisis, ada kemungkinan Rusia bisa menyerang anggota NATO yang mendukung Ukraina, terutama jika kondisi semakin memburuk dan keputusan diambil dalam keadaan terdesak.
2. Finlandia dan Swedia Bergabung dengan NATO
Jika Finlandia dan Swedia resmi bergabung dengan NATO, hal ini bisa memperburuk ketegangan dan memicu Rusia untuk meningkatkan agresi atau melibatkan negara-negara anggota NATO dalam konflik.
Betul, Finlandia dan Swedia yang bergabung dengan NATO bisa menjadi masalah serius bagi Rusia. Kedekatan mereka dengan St. Petersburg, kota penting untuk perdagangan dan jalur energi Rusia ke Eropa, memperbesar dampak potensial. St. Petersburg adalah pintu gerbang utama Rusia ke Barat, dan kedekatan negara-negara Nordik ini dengan kota tersebut bisa meningkatkan tekanan strategis pada Rusia.
Menyusul skenario-skenario tersebut:
3. Rusia akan sangat menolak jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
Ini akan memperburuk ketegangan, karena negara-negara ini akan menjadi tetangga langsung yang bagian dari pakta pertahanan yang dianggap sebagai ancaman oleh Rusia. Kemungkinan besar, Rusia akan merespons dengan cara yang sangat agresif jika skenario ini terwujud.
4. Dalam situasi yang sangat tegang, seperti yang terjadi dengan Rusia, Serbia mungkin mencoba memanfaatkan kekacauan untuk mengklaim kembali Kosovo. Namun, ini akan sangat berisiko, karena Serbia dikelilingi oleh negara-negara anggota NATO. Ini bisa menjadi langkah yang sangat berbahaya dan merugikan bagi Serbia, mengingat dukungan NATO yang melimpah di sekelilingnya.
Jika Serbia bertindak agresif dan Rusia memutuskan untuk mendukungnya, situasi ini bisa memicu konflik dengan negara-negara NATO yang berada di sekitar Laut Hitam, seperti Turki, Yunani, Bulgaria, dan Romania.
5. **Perang Israel-Iran**
Jika Iran mulai secara terbuka menyerang Israel melalui proksinya, seperti Hezbollah dan Hamas, ini bisa menarik Rusia, yang merupakan sekutu Iran, untuk terlibat secara langsung dalam konflik tersebut. Konflik ini mungkin juga melibatkan negara-negara Arab seperti Arab Saudi, UAE, dan Bahrain, meskipun keterlibatan mereka belum pasti. Amerika Serikat juga bisa terlibat, mendukung Israel. Namun, konflik langsung antara Israel dan Iran mungkin tidak memiliki banyak alasan geopolitik yang kuat, karena Israel tidak memiliki ambisi yang sama dengan Iran.
6. Taiwan dan Jepang
Jika China mengambil langkah untuk menguasai Taiwan, Jepang mungkin akan campur tangan untuk mempertahankan Taiwan. Ini akan menjadi deklarasi perang terhadap China. Taiwan memiliki peran penting dalam pasokan semikonduktor global dan merupakan salah satu faktor penting dalam pertahanan Jepang. Jika Taiwan dan pulau Senkaku/Diayou dikuasai oleh China, Jepang (dan Korea Selatan) akan semakin terisolasi, dengan Rusia juga berada di timur.
7. AS Terlibat di Medan Pasifik
AS cenderung fokus pada kawasan Asia Pasifik daripada Eropa, mengingat NATO sudah berfungsi menjaga integritas dan independensi negara-negara anggotanya di Eropa. Strategi ‘Pivot to Asia’ AS memperkuat pergeseran fokus ini. Jika terjadi konflik antara Tiongkok dan Jepang atas Senkaku/Diayou, AS mungkin akan meningkatkan keterlibatannya di kawasan Pasifik. Ini juga relevan karena negara-negara sekutu AS di Asia Pasifik tidak tergabung dalam aliansi pertahanan sebesar NATO, seperti ANZUS atau AUKUS.
Pernah saya main sebagai Prancis dan merasa terancam oleh kekuatan Prusia yang besar, meskipun Prusia bukan anggota HRE (Holy Roman Empire). Untuk menjaga keamanan, saya merasa perlu untuk membuat aliansi dengan berbagai negara kecil dan besar di sekitar Prusia, meskipun aliansi ini tidak selalu rasional atau berkelanjutan. Dalam konteks ini, paranoia Prusia membuatnya sangat defensif dan agresif, meski banyak langkahnya terasa berlebihan.
Sama halnya dengan paranoia Putin, yang mungkin membuatnya merasa terancam oleh kehadiran NATO dan negara-negara Barat di sekitarnya. Ini bisa mendorong tindakan yang tampaknya tidak rasional dari luar, seperti invasi atau ekspansi agresif.
gambarnya kurang lebih kayak di atas
Benar, dalam permainan *Europa Universalis IV*, Prusia memiliki potensi untuk membentuk Jerman jika berhasil menduduki wilayah-wilayah tertentu. Pembentukan Jerman oleh Prusia bisa sangat menguntungkan, memberikan bonus signifikan untuk kekuatan militer, termasuk peningkatan serangan infanteri dan artileri.
Prusia yang berkembang dan akhirnya membentuk Jerman dapat menciptakan ancaman besar bagi negara-negara tetangganya, terutama jika mereka memanfaatkan bonus yang didapat untuk ekspansi lebih lanjut. Keberhasilan Prusia dalam menduduki wilayah-wilayah penting di sebelah barat Rhine untuk membentuk Jerman sering kali memicu kekhawatiran dan langkah-langkah defensif dari negara-negara tetangga, mirip dengan bagaimana paranoia Putin terhadap ekspansi NATO dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Rusia.
wilayah Jerman kalau Prussia berhasil menganeksasi bebrapa wilayah yg menjadi syarat pembentukan
Tentu, analogi tersebut membantu memahami dinamika paranoia dalam geopolitik. Dalam kasus Ukraina, jika Rusia merasa terancam oleh potensi ekspansi NATO atau ancaman yang dianggapnya nyata, mereka mungkin merasa terpaksa mengambil langkah-langkah ekstrem untuk mempertahankan posisi mereka. Ini seperti Perancis yang merasa terancam oleh potensi terbentuknya Jerman dan berusaha mencegahnya sebelum terlambat.
Memang, tindakan Rusia dalam invasi Ukraina tampaknya berlebihan jika dibandingkan dengan tujuan yang dinyatakan. Dengan pendekatan yang lebih terbatas dan negosiasi, Rusia mungkin bisa mencapai beberapa tujuan keamanan mereka tanpa melibatkan konflik skala besar yang berdampak pada Ukraina secara keseluruhan dan stabilitas global.