Apakah bahasa fiksi seperti High Valyrian, Dothraki bisa dipelajari?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Bahasa fiksi tentu dapat dipelajari. Bahasa fiksi itu ada dua jenis yaitu a posteriori dan a priori. Bahasa a posteriori merupakan bahasa buatan yang dibentuk dari berbagai elemen bahasa yang telah ada sebelumnya. Bahasa a priori merupakan bahasa buatan yang dibentuk dari ide dan kreativitas sendiri seperti Dothraki dan High Valyrian.
Dothraki, sumber: google images
Jason Momoa as Khal Drogo
Salah satu yang sempat saya pelajari adalah bahasa High Valyrian. Dalam film Game of Thrones bahasa Valyrian ini sebuah bahasa berstatus dorman yang berasal dari Semenanjung Valyria dan pernah menjadi basantara di Essos, mulai dari berbagai kota merdeka di wilayah barat Essos hingga Slaver’s Bay di wilayah selatan Essos. Namun, bahasa Valyria Klasik menjadi berstatus dorman (mati) setelah terjadinya Doom of Valyria yang menyebabkan kehancuran di Semenanjung Valyria. Bahasa Valyria Klasik berstatus dorman karena masih tetap ada yang mempelajarinya sebagai bahasa kedua walaupun tidak ada lagi yang menggunakannya sebagai bahasa utama. Salah satu orang yang merupakan penutur bahasa Valyria Klasik adalah Daenerys Targaryen, seorang ratu naga yang merupakan anak dari Aerys II Targaryen dan Rhaella Targaryen.
Bahasa Valyria memiliki tipologi yang fusional, susunan kata Subjek-Objek-Kata Kerja, memiliki delapan buah bentuk kasus (grammatical cases), memiliki preposisi dan posposisi, memiliki empat buah gender, dan tidak memiliki artikel baik tentu maupun tidak tentu.
Melalui penjelasan tersebut, sepertinya David J. Peterson terinspirasi dari bahasa Latin dalam merancang bahasa dan dialek-dialek tersebut. Hal ini karena bahasa Latin dan bahasa Valyria Klasik juga memiliki kemiripan seperti susunan kata Subjek-Objek-Kata Kerja, memiliki sistem gender, jumlah sistem kasus yang banyak, tidak memiliki artikel, serta tipologi yang fusional.
Menurut saya, bahasa ini sedikit lebih sulit dibandingkan bahasa Latin karena terdapat beberapa fitur yang tidak ada dalam bahasa latin, seperti konsonan letup tekak nirsuara ⟨q⟩ yang terdapat dalam bahasa Arab dan bahasa Quechua, empat buah sistem gender, serta sistem kasus yang sedikit lebih rumit dibandingkan dengan bahasa Latin. Namun, bahasa ini menurut saya masih lebih mudah dibandingkan dengan bahasa Jepang, bahasa Korea, bahasa Finlandia, dan bahasa Polandia yang sangat inflektif.