Sebelum kita mulai, mari kita samakan persepsi kita tentang apa itu “hantu”. Apakah itu makhluk ghaib, jin, setan, atau iblis? Saya tahu bahwa mereka adalah entitas yang berbeda, meskipun mereka mungkin berbagi frekuensi energi.
Saya pernah pulang ke kosan tengah malam dalam keadaan mabuk suatu malam ketika saya masih mahasiswa di Jakarta. Selama lorong menuju tangga menuju kamar kosan saya, saya mencium bau busuk, yang saya pastikan tidak berasal dari sampah atau benda atau bangkai, yang kemudian semakin menyengat ketika saya masuk ke kamar.
Insting saya mulai sadar bahwa saya sedang “diikuti”. Saya bersyukur karena saya tidak bisa melihat mereka, namun dari baunya, saya yakin makhluk itu berasal dari golongan jin, tapi bukan jin yang baik. Kalo orang Jawa menyebut mereka dgn nama “genderuwo” (tapi karena aromanya lebih amis dari genderuwo yg biasa saya cium aromanya, saya menduga genderuwo yg ngikut ke kamar kali itu adalah genderuwo betina).
Sebagai manusia biasa yang juga punya rasa takut, saya sempat tarik nafas sejenak, kemudian karena saya udah capek banget plus mabuk plus ngantuk berat (tapi ga mau tidur bareng genderuwo), saya menggertak dia dalam hati: “Dengan nama Tuhan yang Maha Kuasa, pergi kau dari kamarku! Aku ingin istirahat!”, saya agak lupa apakah waktu itu saya juga membaca ayat kursi atau hanya bismillah, kemudian saya menghentakkan kaki saya ke lantai kamar beberapa kali dan membuka pintu kamar kos untuk mempersilahkan “beliau” pergi.
Saya percaya bahwa semua makhluk Tuhan di alam semesta ini memiliki rasa, sama seperti manusia. emosi seperti takut, sedih, marah, bahagia, cemburu, dan sebagainya.
Pengalaman seperti ini kadang-kadang mengingatkan saya pada fakta bahwa manusia hidup bersama dengan makhluk lain di dunia ini. Jangan terlalu egois, karena faktanya bahwa manusia, jin, setan, dedemit, bahkan iblis sejatinya tinggal bersama di Bumi yang indah ini.