Saya akan menjawab ini karena ini adalah pengalaman langsung saya yang masih saya bayangkan hingga saat ini. Saya sering merantau ke kota medan, meskipun kampung halaman saya terletak di dekat danau Toba. Saat saya merantau ke kota medan, saya menemukan teman yang paling dekat dengan saya, bahkan bisa dibilang sahabat, meskipun saya tidak mau mengakui bahwa ada.
Nah cerita ini menurut saya tidak terlalu horor lah,ok saya akan lanjutkan. Teman saya ini bermain di kosan saya,oh ya saya ini kost ya ( anak perantauan ). Jadi cerita lah kita di kosan kita hanya berdua si,terus ntah angin apa teman saya tiba tiba bilang nel aku mau kerumah nenek ku lah karena aku pingin sekali merasakan kehidupan perkampungan yang memang notabe nya dari kecil dia di kampung.
Terakhir saya pun setuju jadi kami rencana menginap lah di rumah nenek nya selama 3 hari 2 malam. Setelah kita sudah siap semua mengambil beberapa pasang pakaian dan tidak lupa cemilan di kamar saya pun saya ambil semua,hehehehe. Dan kami pun pergi lah dengan menungangi kereta teman saya ini ( medan kereta itu motor ). Jujur saja ya sewaktu kita mau pergi saya rasa itu masih pukul 4 sore,ya pasti cuaca tidak panas lagi karena matahari sudah mau terbenam kan.
Saya awal tidak terlalu tahu jalan di kota medan,saya hanya diam saja di belakang karena yang bonceng itu teman saya, ibarat saya santai saja di belakang biar gk goyang kali stang itu, ( bahasa anak medan : selow ja kau di boncengan ). Pasti tahu ini jalan kemanakan kalau kalian ini anak medan,ya perkampungan teman saya ini di jalan hamparan perak palumanan.
Semakin jalan semakin jauh dan makin sepi menurut saya karena sudah masuk ke perkampungan yang sudah mulai modern sedikit. Kita di jalan sambil ngobrol dan canda ria sampai lupa kalau sudah mau jam 6 sore. Tetapi di kampung teman saya ini pukul 6 sore saja sudah terlihat mau gelap meskipun langit masih ada biru biru hitam.
Tetapi ini saya antar percaya apa tidak percaya ya,saya ketika ngobrol dan ketawa ketawa kecil di kereta saya melihat kekanana ada seorang ibu ibu paruh baya seperti mengambil barang di tangan kanan nya begitu,tetapi saya sampai sekarang masih tidak percaya jika itu adalah nyata,ibu ibu mengangkat 1 kepala dan ibu itu terlihat pandangan melurus saja.
Waktu itu saya hanya bisa diam meskipun di depan teman saya masih saja berbicara tapi saya tidak tahu apa yang di bilang nya karena saya tidak fokus ke dia lagi. Akhirnya muka saya outo pucat dan sama sekali terdiam mungkin ada beberapa detik. Nah tidak terasa teman saya bilang rumah nenek nya sudah mau dekat hanya jarak beberapa meter lagi.
Tidak, rumah-rumah teman nenek saya berjarak satu sama lain, seperti satu rumah jarak 200 meter dari rumah lain. Ketika saya berjalan mendekat, saya melihat anak kecil yang berjalan dengan bagian tubuh yang tidak sempurna. Saya minta maaf, jika saya memikirkan kembali, saya benar-benar tidak bisa tidur. Maafkan saya, kedua biji bola mata anak itu tidak ada, hanya terlihat kosong. Dari sana, saya berteriak dengan keras.
Terakhir, teman saya terkejut dan mengetahui bahwa jeritan saya mengundang nenek teman saya keluar dari rumah dan bertanya apa yang terjadi. Ketika saya menjelaskan, nenek teman saya mengatakan bahwa mereka harus mengucapkan salam sekali lagi di jalan sesuai kepercayaan mereka.
Ini lah pengalaman saya memang tidak terlalu horor bagi kalian yang membaca,tetapi kalian belum merasakan yang sebenarnya seperti yang saya rasakan.