Anda ingat tidak ketika kecil bagaimana kita mendefinisikan ‘gila’?
Orang yang telanjang keliling kampung, berkeliling jalanan dengan pakaian compang-camping, orang yang ngamuk-ngamuk memecahkan barang-barang di rumahnya, etc etc.
Saya baru tahu beberapa tahun terakhir bahwa yang melakukan itu biasanya adalah ODS (Orang dengan Skizofrenia).
Kita menganggapnya tidak tahu malu, tidak punya otak, dan menyematkan term-term negatif lainnya. Namun, dari perspektif si orang ODS, ia tidak sedang melakukan hal yang negatif. Dari salah satu pengalaman ODS yang dipost di grup Facebook KPSI, inilah yang ia rasakan:
Waham kebesaran (grandiose).
Waham/delusi/psikosis sendiri adalah salah satu tanda dari skizofrenia. Bentuknya bisa berbagai macam. Ada waham kebesaran, dimana penderitanya percaya bahwa ia mempunyai nilai, kekuatan, kekuasaan, kemampuan, atau identitas yang lebih tinggi dari orang lain. Bisa juga merasa mempunyai bakat hebat atau telah membuat penemuan hebat.
Oleh sebab itu tidak sedikit yang menyebut para nabi itu mengalami skizofrenia.
Kemudian waham somatik, penderitanya percaya bahwa ia mempunyai cacat fisik atau penyakit medis. Erat kaitannya juga dengan body dysmorphic disorder.
Selanjutnya ada waham kejar/curiga, penderita percaya bahwa dirinya atau seseorang yang dekat dengan dirinya disakiti atau ada orang yang memata-matai mereka, atau ada orang yang berencana menyakiti mereka. Sering kali waham ini berakibat laporan berulang ke polisi. Ini adalah waham yang cukup umum di antara penderita ODS (tetangga saya ada yang begini), yang berujung pada paranoid luar biasa sampai pada tahap ia tidak bisa menjalani kehidupan sehari-harinya.
Sisanya ada erotomania (merasa dicintai padahal tidak) dan waham cemburu (cemburu buta yang berlebihan).
Menariknya, sepanjang pengamatan saya di grup tersebut, periode relaps (kambuh) dari ngamuk-ngamuk atau jalan-jalan telanjang tersebut biasanya tidak sampai menahun, periodenya hanya sebentar (bahkan ada ODS yang sudah terdiagnosis skizofrenia selama 22 tahun, tetapi episode—relaps—nya hanya 4). Jika sudah terdeteksi dan ditangani, sisa hidup sebagian besar penderita skizofrenia dihabiskan dengan minum obat.
Dalam perspektif pribadi dan curhatan anggota KPSI sendiri, bagian terburuknya bukan relaps, melainkan proses sesudah terjadinya relaps itu. Tidak bisa bekerja, tidak diterima di masyarakat, tidak bisa lepas obat, dan sejenisnya.
Jadi, apakah orang gila yang telah sembuh, sadar dan ingat bahwa dulu dirinya pernah gila?
Dari hint-hint yang sudah saya jelaskan di atas, jawabannya adalah iya, mereka sadar.
Dengan kata lain, pada saat relaps mereka memang tidak aware bahwa yang mereka alami/rasakan adalah bagian dari waham. Namun, ketika sudah minum obat atau menjalani terapi, mereka bisa ingat dan paham; bahkan bisa menjelaskan asal mula bagaimana bisa mengalaminya sampai detail waham yang mereka rasakan. Ini bisa dilihat dari proses mereka yang mau minum obat setiap hari atau datang kontrol setiap pekan/bulan. Mereka yang melakukannya karena satu hal: mereka tahu bahwa mereka sakit, dan jika tidak melakukannya, mereka akan relaps.
P.s: Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), seperti namanya adalah grup Facebook yang beranggotakan ODS ataupun caregiver, bisa juga pengamat dari kalangan orang awam seperti saya. Di sana, Anda bisa melihat pengalaman-pengalaman dari ODS-nya langsung; mostly curhatan apa saja yang mereka alami atau rasakan ketika tidak sedang relaps.
P.s.s: Sekali lagi, saya orang awam, latar belakang saya bukan psikologi dan saya juga bukan ODS. Jika ada informasi salah yang saya sampaikan, bisa dikoreksi ya^^
Ohiya, untuk post di atas, saya sudah izin untuk ss dan post di sini ya. Tadi lupa saya cantumkan: