Tidak ada pengaruhnya kalau tidak ada powernya. Kekuatan disini ada 2 macam. Saya analogikan biar mudah dipahami.
Misal si A preman kelas kakap , si B preman kelas teri, dan si C bos preman. Anggap Si A menganggu si mawar, mawar minta bantuan si B, setelah si B datang ternyata yang menganggu mawar si A yang kelasnya diatas dia, si B ini pasti tidak mampu. Kemudian mawar minta bantuan si C yang bos preman, setelah si C datang si B takut dan pergi karena yang sekarang kelasnya diatas dia. Ini jenis kekuatan yang pertama, pembacaan kitab suci dan ritual pun tergantung niatnya, kalau niatnya untuk mendapat ” kelebihan ” atau ilmu kedigdayaan yang datang adalah khodam jin. Dalam konteks pertama jin diusir dengan jin.
Kemudian, sebab diganggu sama si A , mawar minta bantuan si D, ternyata si D ini aparat penegak hukum, sebab yang turun langsung adalah aparat negara, si A selaku preman pun ciut dan pergi daripada dihajar dan masuk penjara. Ini jenis kekuatan yang kedua, kekuatannya adalah kekuatan dari Tuhan, mau jin jenis apapun juga pasti mikir kalau mau melawan, Tapi orang2 yang begini sangat langka.
Jadi kesimpulannya, untuk mengusir jin bisa dari bantuan jin yang lebih kuat, atau dengan bantuan kekuatan dari Tuhan langsung. Mau baca kitab suci kalau tidak ada power yang terkoneksi ya diketawain jin.
(*) kita bisa mengusir gelap dengan lilin atau api unggun tapi itu hanya bertahan sementara, maka lebih baik menghubungi PLN. Yang dibutuhkan dari PLN adalah aliran listriknya. Nah, orang beragama seharusnya mencari “aliran listrik” / “setrum” ini agar “lampu-lampu” nya bisa menyala.